Rabu, 30 Juni 2010

Kasih Dalam Kebenaran 10-12

Kasih dalam Kebenaran (10)
(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

Bab Pertama
Pesan Surat Ensiklik Populorum Progressio
10. Membaca kembali Populorum Progressio sekarang, selang lebih dari empat puluh tahun sesudah penerbitannya, mengajak kita agar tetap setia kepada pesannya mengenai kasih dan kebenaran, dipandang dalam konteks dari ajaran khusus Paulus VI, dan secara lebih umum dalam keseluruhan tradisi ajaran sosial Gereja. Selain itu juga diperlukan kerangka penilaian yang berbeda, di mana masalah perkembangan dewasa ini disajikan dibandingkan dengan empat puluh tahun yang lalu. Untuk itu cara pandang yang tepat adalah yang berasal dari Tradisi iman rasuli [Bdk Benedictus XVI, Amanat Pembukaan Sidang Umum V Konferensi Para Uskup Amerika Latin dan Karibia, 13 Mei 2007: Insegnamenti III, 1 (2007), 854-870], yang adalah “khasanah warisan” ajaran baik yang lama maupun yang baru, yang jika diletakkan di luar itu niscaya Populorum Progressio merupakan suatu dokumen tanpa akar – dan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan perkembangan niscaya disusutkan menjadi data sosiologis semata-mata.

Teks Latin:
CAPUT PRIMUM
LITTERARUM ENCYCLICARUM POPULORUM PROGRESSIO NUNTIUS
10. Litterarum encyclicarum Populorum progressio iterata lectio, post plus ab earundem editione quam quadraginta anni transierunt, postulat ut ipsius caritatis veritatisque nuntio fideles maneamus, dum peculiaris ambitus Pauli VI magisterii consideratur atque, latiore ratione, intra Ecclesiae socialis doctrinae traditionem. Diversae quoque rationes sunt ponderandae, quibus hodie secus atque illo tempore progressionis quaestio agitatur. Recta quidem animadversio est fidei apostolicae Traditionis [Cfr Benedictus XVI, Sermo occasione habitus V Conferentiae generalis inaugurandae Episcoporum Americae Latinae et regionis Caribicae (13 Maii 2007): Insegnamenti III, 1 (2007), 854-870.], patrimonii antiqui novique, extra quod Litterae encyclicae Populorum progressio si versarentur, documentum essent sine radicibus progressionisque quaestiones in sociologica tantum elementa reciderent.

Kasih dalam Kebenaran (11)
(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

11. Ensiklik Populorum Progressio diterbitkan langsung sesudah Konsili Ekumenis Vatikan II ditutup, dan alinea-alinea pembukaannya menunjukkan hubungannya yang erat dengan Konsili [Paulus VI, PP no 3-5]. Dua puluh tahun kemudian, dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis, Yohanes Paulus II pada gilirannya menekankan hubungan yang ranum antara PP dengan Konsili, khususnya dengan Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes [Yohanes Paulus II, SRS no. 6-7]. Di sini aku ingin mengingatkan pentingnya Konsili Vatikan II bagi Ensiklik Paulus VI itu dan bagi keseluruhan ajaran sosial para Paus selanjutnya. Konsili menggali dengan lebih mendalam apa yang senantiasa berasal dari kebenaran iman, maksudnya bahwa Gereja di dalam melayani Tuhan adalah melayani dunia dalam kasih dan kebenaran. Paulus VI bertolak dari visi ini di dalam menyampaikan dua kebenaran penting. Yang pertama adalah bahwa seluruh Gereja dalam seluruh hakekat dan tindakannya, -- ketika mewartakan, merayakan, melaksanakan karya amal kasih – melibatkan diri dalam upaya mendorong perkembangan manusia seutuhnya. Gereja mempunyai peran publik di atas dan melampaui kegiatan amal kasih dan pendidikan yang dilakukannya: semua daya tenaga yang dicurahkannya demi kemajuan kemanusiaan dan persaudaraan sedunia terlaksana jika Gereja dapat bekerja dalam suatu iklim kemerdekaan. Dalam banyak kasus, kemerdekaan itu terkendala oleh berbagai larangan dan penganiayaan, atau dibatasi, ketika kehadiran Gereja dalam masyarakat hanya disusutkan pada aktivitas karitatif saja. Kebenaran yang kedua adalah bahwa perkembangan manusia yang autentik menyangkut keseluruhan pribadi dalam masing-masing dimensinya [Paulus VI, PP no 14]. Tanpa perspektif hidup kekal, kemajuan manusia di dunia merupakan ruang napas yang disangkal. Termaktub dalam sejarah, kemajuan itu menanggung risiko disusutkan semata-mata sebagai akumulasi kekayaan; manusia dengan demikian kehilangan keberanian untuk melayani kepentingan yang lebih tinggi nilainya, untuk melaksanakan prakarsa-prakarsa yang luhur dan tanpa pamrih yang diperlukan bagi kasih universal. Manusia tidak berkembang melalui kekuatannya sendiri, dan karenanya perkembangan tidak bisa begitu saja diserahkan kepadanya. Dalam jalannya sejarah, sering dikatakan bahwa penciptaan lembaga-lembaga cukup memadai untuk menjamin pemenuhan hak manusia atas perkembangan. Sayangnya, kepercayaan yang ditaruh pada lembaga-lembaga seperti itu terlalu berlebihan, seolah-olah lembaga-lembaga itu dapat mencapai tujuan yang dikehendaki secara otomatis. Dalam kenyataannya, lembaga-lembaga itu sendiri tidak memadai, sebab perkembangan manusia yang seutuhnya pertama-tama merupakan suatu panggilan, dan karena itu menyangkut suatu pengandaian bebas akan tanggungjawab dalam solidaritas dengan siapa saja. Tambahan pula, perkembangan semacam itu memerlukan suatu visi mengenai pribadi yang transenden, memerlukan Tuhan: tanpa Dia, perkembangan entah disangkal atau dipercayakan hanya kepada manusia yang jatuh dalam perangkap pemikiran bahwa ia dapat mewujudkan keselamatannya sendiri dan berakhir dengan diajukannya sebentuk perkembangan yang tidak manusiawi. Hanya melalui perjumpaan dengan Tuhan kita dapat melihat pada sesama bukan sekedar sebagai mahluk yang lain [bdk Benediktus XVI, Surat Ensiklik Deus Caritas Est, no. 18], mengenali citra ilahi pada sesama, dan dengan demikian datang untuk berjumpa dengannya pria ataupun wanita, dan menjadi dewasa dalam kasih yang “memikirkan dan memperhatikan orang lain” [idem no. 6].

Teks Latin:
11. Continuo post Concilium Oecumenicum Vaticanum II finitum evulgatae sunt Litterae encyclicae Populorum progressio. Ipsae Litterae primis paragraphis intimam cum Concilio necessitudinem demonstrant [Cfr nn. 3-5: l.m., 258-260.]. Ioannes Paulus II, viginti post annis, Litteris encyclicis Sollicitudo rei socialis sua ex parte fructuosam illarum Litterarum cum Concilio necessitudinem, potissimumque cum Constitutione pastorali Gaudium et spes confirmavit [Cfr Ioannes Paulus II, Litt. enc. Sollicitudo rei socialis (30 Decembris 1987), 6-7: AAS 80 (1988), 517-519.]. Nos quoque Concilii Vaticani II pondus super Pauli VI Litteris encyclicis necnon universo subsequenti Summorum Pontificum sociali magisterio memorare volumus. Quidquid ad fidei veritatem semper spectat altius vestigavit Concilium, scilicet Ecclesiam, Deo inservientem, mundo, quod ad amorem veritatemque attinet, inservire. Ex hoc ipso rerum prospectu initium sumpsit Paulus VI, ut duas praestabiles veritates exhiberet. Alteram quod tota Ecclesia, tota sua natura actioneque, cum nuntiat, celebrat et in caritate operatur, integrum hominis progressum promovere contendit. Ad eam publicum officium pertinet, quod non in ope ferenda vel institutione circumscribitur, sed omnes suas vires adhibet serviens homini promovendo universalique fraternitati, cum libertatis regimine frui potest. Haud paucis in casibus libertas haec interdictis persecutionibusque impeditur aut imminuitur, cum publica Ecclesiae praesentia eiusdem solummodo caritatis operibus circumscribitur. Altera adest veritas verum hominis progressum ad totam personam eius in omnibus rationibus pertinere [Cfr Paulus VI, Litt. enc. Populorum progressio, 14: l.m., 264.]. Dempta vitae aeternae expectatione, hoc in mundo spiritu privatur humanus progressus. Intra historiam conclusus, periculum adire potest ne ad opes augendas tantummodo se tradat; humanitas sic despondet animum praestantiora bona atque magna liberaliaque incepta appetendi, ad quae universalis caritas impellit. Suis tantum viribus non progreditur homo, neque ei mere extrinsecus datur progressus. Annorum decursu saepenumero hoc putatum est conditas institutiones humanitati progressus ius suppeditare affatim posse. Proh dolor in his institutionibus immodica fiducia est collocata, quasi optatum propositum per se ipsae consequi possent. Institutiones revera solae non sufficiunt, quandoquidem humanus omnibus ex partibus integer progressus imprimis est vocatio quaedam ideoque liberam solidalemque responsalitatem secum fert, quam omnes suscipere debent. Talis progressio praeterea personae transcendentem prospectum requirit, Deo indiget: sine Eo progressus aut negatur aut hominis manibus solummodo demandatur, qui in iactantiam se ipsum salvandi incidit, inhumanum denique progressum provecturus. Ceterum cum Deo tantum occursus non sinit « in altero semper alterum solummodo » [Benedictus XVI, Litt. enc. Deus caritas est (25 Decembris 2005), 18: AAS 98 (2006), 232.] cernere, sed in eo divinam imaginem agnoscere, dum sic alter reapse detegitur atque amor maturescit qui « alterius hominis curatio » [Ibid., 6: l.m., 222.] fit.

Kasih dalam Kebenaran (12)
(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

12. Kaitan antara Ensiklik Populorum Progressio dengan Konsili Vatikan II tidak berarti putusnya hubungan ajaran sosial Paulus VI dengan para Paus sebelumnya, karena Konsili justru merupakan suatu penjelajahan yang lebih dalam atas ajaran ini dalam kesinambungan hidup Gereja [bdk Benediktus XVI, Amanat Natal pada Kuria Roma, 22 Desember 2005]. Dalam pengertian ini, kejelasan tidak disajikan dengan pembagian-pembagian secara abstrak atas ajaran sosial Gereja, yang diterapkan dalam kategorisasi ajaran sosial para Paus yang tidak mengenal penggolongan-penggolongan semacam itu. Maka tidak ada dua tipologi ajaran sosial, yang satu pra-konsili dan yang lain pasca-konsili, yang dibedakan satu dari yang lain, sebaliknya, hanya ada satu ajaran yang konsisten dan serentak baru [bdk Yohanes Paulus II, SRS no 3]. Memperhatikan ciri khusus suatu Ensiklik dibanding Ensiklik yang lain, ajaran seorang Paus dibanding Paus yang lain adalah satu hal, namun adalah sungguh hal berbeda jika kehilangan pandangan atas keutuhan dari keseluruhan korpus ajaran [idem, no 1]. Keutuhan dari keseluruhan itu bukan suatu sistem tertutup: sebaliknya merupakan kesetiaan yang dinamis pada terang yang telah diterima. Ajaran sosial Gereja menerangi dengan cahaya yang sama berbagai masalah baru yang terus menerus timbul [idem no 3]. Tonggak pengaman ini bersifat permanen dan merupakan watak historis dari “khasanah warisan” ajaran [bdk Yohanes Paulus II, Ensiklik Laborem Exercens, LE, no 3], yang dengan ciri-ciri khususnya, merupakan bagian dan kemasan dari Tradisi yang hidup dari Gereja [bdk Yohanes Paulus II, Ensiklik Centessimus Annus, CA, no 3]. Ajaran sosial dibangun atas landasan yang diwariskan oleh Para Rasul kepada para Bapa Gereja, dan kemudian diterima dan dikembangkan lebih jauh oleh para Pujangga Gereja. Ajaran ini mengacu secara definitif kepada Manusia Baru, kepada “Adam yang akhir yang menjadi roh yang menghidupkan” (1 Kor 15:45), prinsip kasih yang “tidak berkesudahan” (1 Kor 13:8). Itu dikuatkan dengan kesaksian para orang kudus dan mereka yang telah menyerahkan hidupnya bagi Kristus Penyelamat kita di bidang keadilan dan perdamaian. Ajaran sosial Gereja merupakan ungkapan tugas kenabian dari Imam Agung dalam memberikan bimbingan apostolik kepada Gereja Kristus dan memikirkan tuntutan-tuntutan baru pewartaan Injil. Atas dasar alasan itu, Populorum Progressio, yang ditempatkan dalam arus besar Tradisi, masih tetap bicara kepada kita hingga sekarang.

Teks Latin:
12. Litterarum encyclicarum Populorum progressio cum Concilio Vaticano II vinculum non discidium quoddam importat inter Pauli VI sociale magisterium et doctrinam eiusdem Decessorum Pontificum, cum Concilium in constanti Ecclesiae vita hoc magisterium altius pervestigavit [Cfr Benedictus XVI, Sermo de nataliciis ominibus ad Curiam Romanam (22 Decembris 2005): Insegnamenti I (2005), 1023-1032.]. Hac ratione quaedam Ecclesiae recentis doctrinae socialis abstractae partitiones haud planum faciunt, quippe quae Pontificum doctrinae sociali alienas notiones adhibeant. Non doctrinae socialis dantur duae series, scilicet una ante Concilium, altera post Concilium expedita, quae inter se dissideant, sed una doctrina, sibi constans atque item usque nova [Cfr Ioannes Paulus II, Litt. enc. Sollicitudo rei socialis, 3: l.m., 515.]. Aequum est peculiaritates animadvertere quae unae alteraeve Litterae encyclicae, doctrinam quam unus alterve Pontifex, secum ferunt, at semper ob oculos totius doctrinalis corporis congruentia est habenda [Cfr ibid., 1: l.m., 513-514.]. Congruentia minime in ordine quodam conclusionem, at potius dynamicam recepto lumini fidelitatem designat. Ecclesiae socialis doctrina immutabili luce novas quaestiones usque collustrat, quae emergunt [Cfr ibid., 3: l.m., 515.]. Id huius doctrinae « patrimonii » tum constantem tum historicam servat naturam [Cfr Ioannes Paulus II, Litt. enc. Laborem exercens (14 Septembris 1981), 3: AAS 73 (1981), 583-584.], quod suis peculiaritatibus vitalem usque Ecclesiae Traditionem participat [Cfr Id., Litt. enc. Centesimus annus, 3: l.m., 794-796.]. In fundamento ipso, quod sive Apostoli sive Ecclesiae Patres tradiderunt, nititur doctrina socialis, quod deinceps susceperunt pervestigaruntque eximii christiani Doctores. Doctrina haec tandem ad Hominem novum revertitur, ad novissimum « Adam in Spiritum vivificantem » (1 Cor 15, 45) qui est principium caritatis quae « numquam excidit » (1 Cor 13, 8). Eandem testati sunt Sancti et quotquot propter Christum Salvatorem vitam in iustitiae pacisque provincia tradiderunt. In ea propheticum Summorum Pontificum officium Christi Ecclesiam apostolica ratione moderandi itemque novas evangelizationis necessitates percipiendi manifestatur. Has propter causas, Litterae encyclicae Populorum progressio, spectabilem Traditionis tenentes cursum, etiam nos hodie alloqui valent.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar