Jumat, 04 Juni 2010

Gereja dan Kitab Suci

Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbum, mengajar: “Gereja selalu menghormati Kitab-kitab ilahi itu sebagaimana ia juga menghormati Tubuh Tuhan sendiri. Gereja selalu memandang Kitab-kitab itu bersama dengan Tradisi Suci sebagai norma iman yang tertinggi dan akan tetap berpandangan demikian. Sebab dengan diilhami oleh Allah Kitab-kitab itu telah dituliskan sekali untuk selamanya, mereka menyampaikan sabda Allah sendiri tanpa perubahan apapun, dan memperdengarkan suara Roh Kudus dalam kata-kata para Nabi dan para Rasul. Maka sebagaimana juga agama kristiani sendiri, semua pewartaan dalam Gereja harus diperkaya dan dijiwai oleh Kitab suci.” (DV 21).

Karena Allah adalah pengarang utama dari Kitab Suci, maka Kitab Suci diilhami olehNya dan tak dapat salah. Tulisan-tulisan khas, atau “kitab-kitab” dari Kitab Suci itu ditetapkan menurut daftar yang autentik, yang disebut kanon, yang diterima oleh Gereja. Karya-karya yang ditulis oleh manusia dengan ilham dari Roh Kudus ini merupakan pedoman iman Katolik, bersama dengan Tradisi dan ajaran yang autentik dari Gereja. Tradisi Suci dan Kitab Suci membentuk satu khasanah Sabda Ilahi yang dipercayakan kepada Gereja (DV 10). Khasanah suci itu merupakan landasan dari semua ajaran Gereja.

Ada tujuh puluh tiga kitab di dalam Kitab Suci: empat puluh enam di dalam Perjanjian Lama, dan duapuluh tujuh di dalam Perjanjian Baru. Ada daftar lain yang memisahkan atau menyatukan beberapa kitab Perjanjian Lama tertentu, sehingga jumlahnya agak lain, namun isinya tetap sama.

Kitab Suci dibagi menjadi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang menyampaikan kesaksian akan dua perjanjian, yang lama dan yang baru, di antara Allah dan umatNya, sebagai bagian dari pemenuhan rencana keselamatan ilahi. Gereja Katolik dalam Dei Verbum menyatakan: “Kitab-kitab Perjanjian Lama, sesuai dengan keadaan umat manusia sebelum zaman keselamatan oleh ditetapkan Kristus, mengungkapkan kepada semua orang pengertian tentang Allah dan manusia, serta cara-cara Allah yang adil dan rahim bergaul dengan manusia. Kitab-kitab itu memaparkan kepada kita ajaran ilahi yang sejati (DV 15) ... Kitab-kitab Perjanjian Lama dan seluruh bagiannya ditampung dalam pewartaan Injil, dan memperoleh dan memperlihatkan maknanya yang penuh dalam Perjanjian Baru (lih. Mat 5:17; Luk 24:27; Rm 16:25-26; 2 Kor 3:14-16) dan sebaliknya, juga menyinari dan menjelaskan Perjanjian Baru” (DV 16). Mengenai Perjanjian Baru, Dei Verbum menyatakan: “Sabda Allah disampaikan dan menunjukkan daya khasiatnya dengan cara yang istimewa dalam Kitab-kitab Perjanjian Baru. Sebab setelah genap waktunya (lih. Gal 4:4), Sabda yang menjadi manusia dan diam di antara kita penuh rahmat dan kebenaran (lih. Yoh 1:14). ... rahasia yang tidak dinyatakan kepada angkatan-angkatan lain, sekarang telah diwahyukan kepada para Rasul-Nya yang suci serta para Nabi dalam Roh Kudus (bdk. Ef 3:4-6, Yun), sedemikian sehingga mereka mampu mewartakan Injil, membangkitkan iman akan Yesus, Kristus dan Tuhan, dan menghimpun Gereja. Atas peristiwa-peristiwa itu, tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru merupakan saksi yang kekal dan ilahi. (DV 17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar