Kamis, 03 Juni 2010

Negeri Kabut

Jika Anda pernah membaca The Lord of the Rings karya JRR Tolkien atau menonton film trilogi yang sama judulnya, Anda tentu ingat Pegunungan Berkabut di mana tokoh-tokoh cerita itu mengembara. Kekhawatiran, berbagai tekanan dan depresi dapat memburamkan lensa perasaan kita dengan kisah yang gelap dan berkabut dengan cara yang sama. Bahkan pada saat cahaya kasih Allah berusaha untuk menerobos masuk ke dalam relung hati kita, tebalnya kabut yang mengurung hati kita yang berbeban berat seakan tak bercelah.

Di manakah Tuhan pada saat kita merasa begitu bingung, pilu dan tersesat tak tahu arah? Santa Theresa dari Lisieux – yang sering menderita beban mental dan bahkan pernah mengalami Nervous Breakdown (krisis kejiwaan) sewaktu remaja – mencari Tuhan di dalam relung hatinya. Dalam kisah hidup yang ditulisnya sendiri, The Story Of A Soul, Theresa membuat perumpamaan tentang keadaan kejiwaannya sebagai ‘dilahirkan dan seumur hidup menetap di negeri yang berkabut.’ Iman menunjukkan padanya bahwa Yang Maha Kuasa, pencipta sinar mentari, berjalan di negeri kabut selama tiga puluh tahun untuk membimbing kita menuju cahaya. Santa Theresa menggambarkan masa – masa berada dalam kegelapan jiwa sebagai kehidupan dalam terowongan yang gelap. Walaupun demikian, meski ia terus berusaha berjuang mengalahkan kegelapan, ia selalu tampak tenang dan bahagia di hadapan biarawati–biarawati yang lain. Entah bagaimana, doa–doanya menjelma menjadi mercu suar yang memancarkan cahaya menembus negeri kabutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar