Kamis, 03 Juni 2010

Jalan

Istilah “jalan” digunakan dalam beberapa arti dalam Kitab Suci, dan mencapai titik puncaknya pada Kristus yang adalah “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6).



I. Dalam Perjanjian Lama

A. Jalan Sebagai Cara Hidup

Dalam Perjanjian Lama, kata “jalan” (Bahasa Ibrani derek) sering menyandang arti harfiah sebagai jalan atau perjalanan, tetapi juga biasa digunakan sebagai kiasan untuk arah hidup seseorang (Yos 1:8; Ayb 23:10; 31:4). Perjalanan manusia melalui hidup merupakan suatu misteri (Ams 20:24) yang pada ujungnya berakhir dengan kematian fisik, inilah “jalan” yang umum bagi setiap orang (1 Raj 2:2; Ams 14:12). Hari-hari yang dijalani setiap orang pasti akan berakhir (Yos 23:14; Ayb 16:22). Ada suatu beda kontras di antara jalan-jalan (atau lorong-lorong) Tuhan dengan jalan orang yang semberono. Jurang di antara rancangan Tuhan dan rancangan manusia diungkapkan dalam Yes 55:8-9, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu”.



B. Jalan Tuhan dan Jalan Orang Fasik

Juga ada kontras perbedaan di antara jalan-jalan yang benar dari Allah dan jalan orang fasik (Yeh 18:25). Dalam pengertian inilah perintah Allah memanggil untuk mengikuti jalanNya (Kej 18:19; Kel 18:20; Hak 2:22), yang bertentangan jalan-jalan manusia yang rusak. Maka di sini jalan dalam diartikan perilaku manusia (1 Raj 2:4; 8:25; 2 Taw 6:16; Mzm 119:1-9), yang digambarkan sebagai baik atau buruk (Ayb 31|:7; Mzm 1:1.6; bdk Mat 21:32); baik atau buruk sama-sama diketahui Tuhan (Ayb 24:23; Mzm 119-168). Dua jalan terbentang di depan kita: yang satu membawa kita kepada hidup, kedamaian dan kebahagiaan; yang lain membawa kita pada kesulitan, ketidakbahagiaan dan kematian (Ams 3:17; 7:27; Yer 21:8; bdk Mat 7:13).

Setiap orang harus menanggung akibat perbuatannya (Yer 4:18), namun Tuhan mengharapkan agar orang fasik berbalik menjauh dari jalan yang jahat dan mengikuti jalan keselamatan. “Tetapi teman-temanmu sebangsa berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Padahal tindakan mereka yang tidak tepat. Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan, ia harus mati karena itu. Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup karena itu. Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Aku akan menghakimi kamu, masing-masing menurut kelakuannya, hai kaum Israel." (Yeh 33:17-20).

Orang yang benar mendengarkan kata-kata hikmat (Ams 6:23), jalan damai (Yes 59:8). Jalan hikmat tidak lain adalah jalan yang dinyatakan Tuhan untuk umatNya (Kel 32:8) dan jalan itu menyukakan Dia (Ams 16:7; bdk 1 Sam 12:23). Yang terutama, dalam mengantisipasi Perjanjian Baru, Mzm 16:11 menyatakan: “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa”. Para nabi mewartakan “jalan Tuhan” ketika Tuhan yang agung melawati umatNya (Yes 40:3; Mal 3:1).



II. Dalam Perjanjian Baru

A. Dua Jalan

Dalam Perjanjian Baru tema tentang dua jalan – yang satu mengantar pada hidup, yang lain ke arah kematian – dirumuskan dalam Injil-injil berdasarkan penerimaan atau penolakan seseorang pada Kristus. Penerimaan Kristus adalah jalan kepada hidup (Mat 3:3; Mrk 1:2; Luk 3:4; 7:27; Yoh 1:23), jalan damai (Luk 1:79; Kis 13:10; 2 Ptr 2:2). Yang utama, Kristus sendiri menyebut diriNya jalan ke arah Bapa di surga (Yoh 14:6; Ibr 9:8; 10:20). Didakhe 1-6 mengulangi gagasan tentang dua jalan ini, dengan pengertian bahwa yang menjadi jalan hidup adalah Kristus: “Ada dua jalan, yang satu jalan hidup, yang lain jalan kematian; dan di antara keduanya terdapat jurang perbedaan yang besar” (Katekismus Gereja Katolik, [disingkat KGK] no.1696).

Jalan para murid Kristen adalah kasih (1 Kor 12:31). Jalan keselamatan ini diwartakan para rasul (Kis 16:17) dan diajarkan pada para pemeluk baru agama Kristen. Bahwa jalan itu adalah jalan yang tidak gampang dikatakan dalam Injil Matius: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya” (Mat 7:13-14; bdk Luk 13:24).



B. Kristus Adalah Jalan

Yesus menyebut diriNya jalan, ketika menjawab suatu pertanyaan dalam Injil Yohanes dengan perkataan “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6). Sebagai Allah yang menjadi manusia, Kristus sendiri adalah jalan yang mengantar kepada hidup: “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (Ibr 10:19-22).



C. Gereja pun Juga Jalan

Karena Kristus mendirikan Gereja sebagai sakramen kehadiran dan rahmatNya di dunia, maha Gereja juga disebut jalan. Kata “jalan” ini dulunya digunakan sebagai sebutan gerakan orang Kristen sendiri (Kis 9:2; 19:9; 22:4). Konstitusi Konsili Vatikan II Lumen Gentium [disingkat LG] tentang Gereja menyatakan bahwa: “Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis (bdk Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orang melalui baptis bagaikan pintunya” (LG art 14; bdk Dekrit Ad Gentes art 7; Unitatis Redintegratio art 3) (KGK 846-847). Maka “penting sekali untuk berpegang pada kedua kebenaran ini sekaligus, yaitu kemungkinan nyata keselamatan dalam Kristus bagi semua manusia, dan perlunya Gereja bagi keselamatan ini” (Ensiklik Redemptoris Missio, art 9; CDF, Dominus Iesus, art 20)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar