Rabu, 02 Juni 2010

Kebangkitan

Orang yang sudah mati bangun dan hidup kembali. Dalam teks Kitab Suci ada beberapa orang yang dibangkitkan dari kematian, dan menurut teks nabi-nabi dalam Kitab Suci, semua orang dipastikan akan mengalami kebangkitan.

I.Kebangkitan dalam Perjanjian Lama
Di dalam Perjanjian Lama, tempat orang mati disebut Syeol dan digambarkan sebagai suatu tempat di mana orang mati tinggal di tengah kesunyian yang dalam dan kegelapan (Mzm 94:17; Ams 5:5; 7:27) dan tidak ingat kepada Sang Pencipta (Mzm 6:5; 88:12; 15:17). Dalam Perjanjian Lama manusia dianggap terdiri dari campuran jiwa dan badan (Kej 2:7-8), maka kematian berarti kembalinya badan menjadi tanah lagi (Kej 3:19) sedang jiwa yang kekal masuk ke dalam Syeol. Kebangkitan dengan demikian berarti bersatunya lagi badan dan jiwa, masuk kembali dalam realisme hidup.
Baik nabi Elia maupun nabi Elisa membangkitkan orang dari mati (1 Rraj 17:17-24; 2 Raj 4:18-37; 13:20.21). Di luar itu kita tidak mengetahui cerita historis lainnya tentang kebangkitan dari mati dari Perjanjian Lama.
Kebangkitan sebagai suatu ajaran dan harapan untuk masa depan adalah suatu konsep yang dikembangkan secara berangsur-angsur. Dasar dari kebangkitan adalah keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan atas hidup dan mati; Ia bisa melakukan dua-duanya, “menghidupkan” atau “mematikan” (Ul 32:39). Ia dapat mengangkat orang dari dalam Syeol (1 2:6; Keb 16:13). Para nabi yang lebih terdahulu sedikit menangkap rencana Allah untuk membangkitkan Israel dari maut (Yes 26:19; Hos 6:2), bahkan untuk menghancurkan kekuasaan maut. (Yes 25:8).
Kebangkitan dapat digunakan sebagai kiasan untuk “pemulihan setelah pembuangan” (Yeh 37:14), tetapi itulah harapan harfiah bagi Israel sebagai suatu bangsa (Dan 12:2) dan terutama bagi orang beriman yang mempunyai jiwa kepahlawanan (2 Mak 7:9.11.23).

II. Kebangkitan Kristus
Kebangkitan Kristus pada hari ketiga setelah Ia wafat dan dimakamkan adalah suatu mujizat yang autentik dalam iman Kristen. Dari masa awalnya, Kebangkitan Kristus dinyatakan sebagai peristiwa historis yang bahkan dibenarkan oleh saksi-saksi dan diwartakan bersama-sama dengan Salib sebagai keyakinan sentral Gereja perdana (1 Kor 15:3-4; bdk Kis 9:13-18). Bangkit dari mati merupakan mujizat Kristus yang terbesar dan bukti yang definitis dari misi perutusanNya. Paulus menulis: “Jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah iman kita” (1 Kor 15:17).

A. Kebangkitan sebagai Fakta Historis
Tak satu pun Injil menceritakan tentang proses Kebangkitan itu sendiri, tetapi tak diragukan lagi bahwa Kebangkitan adalah peristiwa historis yang nyata yang terjadi di suatu tempat tertentu dan pada suatu ketika tertentu (Mat 28:1-15; Mrk 16:1-18; Luk 24:1-49; Yoh 20:1-29). Paulus membuat ikhtisar tentang apa yang sudah diketahui jemaat Kristen: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Kor 15:3-4). Paulus selanjutnya menyatakan bahwa Yesus [yang telah bangkit dari mati] kemudian menampakkan diri kepada Kefas (Petrus) dan murid-murid lainnya, kepada lima ratus orang, kepada Yakobus, dan akhirnya kepada Paulus sendiri. Sepanjang Perjanjian Baru, para penulis selalu kembali berkisar pada Kebangkitan (Kis 1:22; 2:14-36; 3:11-26; 4:8-12; 8:37; 10:34-43; 13:16-37; Rm 10:9; 1 Kor 12:3; Ef 5:14; 1 Tim 3:16).
Pernyataan ini dapat dipelajari nilai historisnya. Di masa lalu beberapa sejarawan berusaha memberi penjelasan yang menjauhkan atau menolak historisitas Kebangkitan dengan mengajukan beragam teori (bahwa Kebangkitan hanya tipuan sulap, visiun, simbolisme, atau mati suri); para ahli dan sejarawan yang bertanggungjawab meninggalkan penjelasan-penjelasan alternatif itu sebagai teori yang tidak bisa dipertahankan dan tidak mampu menjelaskan fakta Minggu Paskah dan peristiwa-peristiwa sesudahnya dengan cara yang secara intelektual memuaskan. (KGK 639-644).
Kubur yang kosong itu sendiri bukanlah bukti langsung dari Kebangkitan, karena tidak adanya tubuh Kristus di dalam makam dapat dijelaskan dengan cara lain (bdk Mat 28:11-15; Yoh 20:13). Namun makam yang kosong merupakan momentum utama penemuan dan penerimaan para murid bahwa Tuhan mereka telah bangkit dari mati. Para pengikut wanita-lah yang menemukan makam kosong itu (Mat 28:1-10; Mrk 16:1-8; Luk 24:1-12) dan kemudian menyampaikan berita tentang hal itu kepada para murid, setidaknya dua orang dari mereka lalu pergi sendiri ke sana memeriksa kebenaran berita itu (Luk 24:12; Yoh 20:3-10).
Kristus yang telah bangkit dijumpai oleh banyak saksi, termasuk Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, Salome, Petrus dan para rasul, Klopas dan seorang murid lain dari Emaus, Paulus dan lebih dari lima ratus murid lainnya. Perjumpaan ini tidak hanya sekedar melihat; para saksi berbicara dengan Kristus; makan bersama dengan Dia, bahkan menyentuh Dia (Mat 28:9; Luk 24:13-30.36-43; Yoh 20:24-29; 21:4-14). Ketika Paulus menulis, banyak dari antara ratusan saksi itu masih hidup dan masih dapat membenarkan apa yang dikatakan Paulus (1 Kor 15:6). Kebangkitan Kristus bukanlah suatu mitos atau halusinasi. Kebangkitan itu peristiwa nyata, ada saksinya, dan didokumentasikan.
Runtun kronologis kejadiannya sulit dipastikan, sebagian karena minat yang berbeda-beda di antara para penulis Injil. Yohanes dan Lukas menceritakan penampakan Yesus di Yerusalem, sedang Matius dan Markus penampakan Yesus di Galilea. Penulis yang berbeda menggunakan penampakan yang berbeda untuk memberi tekanan pada gagasan teologi tertentu yang hendak mereka sampaikan kepada khalayak mereka masing-masing.
Mula-mula para rasul tidak mengenali Kristus yang bangkit itu (Mrk 16:12; Luk 24:16; Yoh 20:14; 21:4), sesuai dengan kurangnya pengertian mereka dulu, ketika Yesus menyampaikan nubuat tentang kematian dan KebangkitanNya (Mat 16:21; 17:9.23; 20:19; Mrk 8:3; 9:9; 9:31; 10:34; Luk 9:22; 18:33). Barulah mereka paham sepenuhnya mengenai apa yang terjadi setelah Pentakosta. Wafat Kristus membuat sebagian murid sedemikian terguncang sehingga mereka tidak bisa segera memercayai kebenaran bahwa Yesus sudah kembali [hidup lagi]. Tuhan dengan lembut melunakkan kekerasan hati mereka yang tidak memercayai kata-kata dari mereka yang telah melihatNya (Mrk 16:14; bdk Luk 24:38-41).

B. Tubuh Kristus yang Bangkit
Injil-injil menceritakan beberapa mujizat Yesus di mana Ia membangkitkan orang lain dari kematian: puteri Yairus (Mat 9:18-26; Mrk 5:21-42; Luk 8:40-56), anak janda dari Nain (Luk 7:11-17), dan Lazarus (Yoh 11:1-44). Mujizat-mujizat itu tidak setara dengan Kebangkitan Kristus. Penerima daya penyembuh dari Yesus dipulihkan hidupnya seperti semula lagi. Keadaan dijadikan hidup lagi ini berbeda dari keadaan Yesus yang dimuliakan sesudah Kebangkitan dan juga akan berbeda dengan keadaan mereka yang akan dibangkitkan dari kematian [di akhir zaman] nanti.
Kebangkitan Yesus sungguh kebangkitan fisik dan ragawi. Ia bukan roh atau hantu: Ia menampakkan Diri kepada pengikutNya dengan tubuh yang sama ketika ia wafat di kayu salib dan ketika Ia dimakamkan. Selanjutnya Ia dapat menunjukkan kepada mereka luka-luka yang didapatkan pada masa Sengsara-Nya (Luk 24:30.39-40; Yoh 20:20.27; 21:9.13-15) dan ikut makan bersama mereka. Di pihak lain, ia muncul dan menghilang sesuai kehendakNya, dan ia masuk dan meninggalkan ruangan tanpa membuka pintu. TubuhNya yang dibangkitkan masih fisikal, tetapi tidak lagi mengikuti hukum fisika seperti orang-orang lainnya. Dalam Kebangkitan, Kristus tidak hanya mendapatkan kembali jiwaNya atau sekedar dipulihkan badanNya seperti dulu: Ia sudah melampaui kematian kepada suatu keadaan dimuliakan yang penuh dengan kuasa Roh Kudus (1 Kor 15:35-50) dan tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu (bdk 16:2; Yoh 20:14-16) (KGK 645-647).

A.Nilai Teologis Kebangkitan
Kebangkitan Kristus adalah karya ajaib dari Allah Tritunggal di mana “ketiga pribadi Allah bekerja serentak” (KGK 648). Maka di satu pihak kita dapatkan pernyataan-pernyataan dalam Perjanjian Baru bahwa Yesus dibangkitkan dari kematian oleh Allah Bapa (Kis 2:24; Gal 1:1). Di pihak lain, Yesus sendiri menyatakan bahwa Ia berkuasa untuk menyerahkan dan mengambil kembali hidupNya (Yoh 10:17-18). Paulus menambahkan bahwa Kebangkitan Kristus dari mati adalah “menurut Roh kekudusan” (Rm 1:4).
Dalam hubungan dengan Yesus, mujizat Paskah pagi membuat pernyataan mesianik-Nya menjadi autentik, dengan menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan Dia “Tuhan dan Kristus” (Kis 2:36). Dalam hubungan dengan kaum beriman, Yesus yang wafat dan bangkit adalah penebusan kita, yang meliputi pengampunan atas segala dosa dan pemberian rahmat kekudusan (Rm 4:25). Kebangkitan kaum beriman sesungguhnya merupakan proses ganda. Yang pertama bersifat sakramental : di dalam baptis kita menerima hidup Yesus yang dibangkitkan, yang memulihkan jiwa dalam keadaan rahmat dan mengatasi garis kebangsaan [menjadi bangsa yang baru, umat Allah] (Rm 6:1-11). Yang kedua bersifat eskatologis: ketika semua orang dibangkitkan nanti (kebangkitan umum), hidup Yesus yang bangkit itu mengangkat badan kita kepada keadaan mulia dan kekal (Rm 8:10-11; 1 Kor 15:35-57). Lintasan ganda dari kematian menuju hidup ini, yang dengan jelas diutarakan oleh Paulus, serupa dengan ajaran tentang kebangkitan yang digemakan oleh tulisan-tulisan Yohanes (Yoh 5:25-29; bdk Why 20:4-5).

III. Kebangkitan Badan
Bertolak dari Kebangkitan Kristus itu (bdk Kis 26:23; Rm 11:15-16), Paulus mengajar: “Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1 Kor 15:13-14). Menurut Paulus, badan kita akan dibangkitkan (1 Kor 15:20-23), dimulaikan dan dijadikan kekal (1 Kor 15:35-50; juga Rm 8:11; Fl 3:20-21; 1 Tes 4:16-18). Bagi Paulus, menyangkal Kebangkitan sama dengan menolak intisari Injil (1 Kor 15:17-19).
Maka, kebangkitan badan merupakan ajaran bahwa jiwa semua orang, yang baik maupun yang jahat, akan disatukan kembali dengan badan mereka pada Kedatangan yang Kedua dari Kristus, persis menjelang Pengadilan Terakhir. Melalui kuasa Allah, jiwa akan disatukan dengan badan yang sama yang ditempati semasa hidup di dunia – tetapi badan itu sudah dimuliakan, berbeda dari raga duniawi seperti tanaman berbeda dari benihnya (1 Kor 15:37-38). Walaupun semua orang akan dibangkitkan dari kematian, orang benar dan orang “fasik” akan berbeda situasi akhirnya dalam kekekalan. Yang baik akan diikut sertakan dalam kebangkitan hidup, sementara yang jahat akan dibangkitkan demi kebangkitan pengadilan (Dan 12:2; Yoh 5:28-29; Kis 24:15). Kebangkitan bukanlah kembali menjalani hidup duniawi seperti yang kita kenal, melainkan akan masuk ke dalam suatu kemuliaan kekal yang bebas dari segala penderitaan dan maut – penyempurnaan dari kemenangan Kristus atas dosa dan maut. Yang dibangkitkan akan menikmati suatu keadaan yang sama dengan keadaan tubuh Kristus sendiri yang telah dimuliakan (1 Kor 15:42-44; Flp 3:20-21).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar