Jumat, 02 Juli 2010

Tentang Santa Anna, Injil Kelahiran Maria

Injil Kelahiran Maria
Diterjemahkan secara longgar, artinya tidak harfiah
Oleh : Bambang Kuss

Sepatah Kata Pengantar Dari Penerjemah

Injil adalah salah satu ragam sastera di masa Perjanjian Baru. Sebelum dituliskan, injil-injil terlebih dahulu berkembang sebagai tradisi lisan di dalam masyarakat. Di dalam pembukaan Injil yang ditulisnya, Santo Lukas mengatakan: “Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang telah disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.” (Luk 1:1-2). Mungkin Lukas telah melihat ada yang benar dan ada yang salah dalam tulisan-tulisan Injil yang sudah beredar, sehingga ketika hendak menyusun Injilnya, ia mengadakan penyelidikan dengan seksama dari mulanya (bdk Luk 1:3).
Injil Kelahiran Maria termasuk injil-injil yang berangkat dari tradisi, yang diperkirakan berasal dari abad kedua. Karena tidak termasuk dalam kanon (daftar Kitab Suci) Perjanjian Baru, maka Injil Kelahiran Maria termasuk golongan Injil Apokrif. Ini tidak berarti apa yang tertulis di dalamnya keliru semua, melainkan ada yang benar, yang didukung oleh tradisi.


Injil Kelahiran Maria

BAB 1
1 Perawan Maria yang kudus dan mulia, yang terbit dari suku rajawi dan keluarga Daud, dilahirkan di kota Nazaret, dan dididik di Yerusalem, di Bait Allah Tuhan.
2 Nama ayahnya adalah Yoakim dan ibunya Hana. Keluarga ayahnya berasal dari Galilea dan dari kota Nazaret. Keluarga ibunya berasal dari Betlehem.
3. Mereka hidup lurus dan benar di mata Tuhan, saleh dan tanpa cela di hadapan manusia. Sebab mereka membagikan seluruh milik mereka menjadi tiga bagian:
4. Salah satu bagian mereka peruntukkan bagi Bait Allah dan petugas Bait Allah; sebagian yang lain diperuntukkan bagi orang asing dan orang miskin; dan bagian yang ketiga bagi diri mereka dan digunakan untuk keluarga mereka sendiri.
5. Dengan cara itulah mereka hidup selama dua puluh tahun secara murni, berkenan pada Allah, disukai sesama, namun tidak punya keturunan.
6. Namun mereka bernazar, sekiranya Tuhan berkenan memberikan anak, mereka akan membaktikan anak itu kepada Tuhan; karena itu mereka pergi beribadat di Bait Allah pada setiap perayaan. .
7. Demikianlah maka menjelang perayaan cahaya, Yoakim dan teman-temannya yang satu puak pergi ke Yerusalem, dan pada waktu itu yang menjadi imam besar adalah Isakhar.
8. Ketika melihat Yoakim bersama dengan rombongannya membawa persembahan, ia mencemooh Yoakim dan persembahannya, katanya
9 “Mengapa dia yang tidak punya keturunan berani tampil di antara mereka yang punya.” Sambil menambahkan, bahwa persembahannya tidak akan diterima oleh Tuhan, yang menganggapnya tidak layak mempunyai anak; menurut Kitab Suci, celakalah barangsiapa yang tidak mempunyai putera di Israel.
10. Selanjutnya ia berkata, Yoakim seharusnya melepaskan diri dari kutuk dengan mendapatkan anak dulu, baru kemudian datang dengan membawa persembahannya di hadirat Tuhan.
11. Namun Yoakim yang sangat malu karena cemoohan itu, mengundurkan diri ke tempat para gembala, yang menjaga ternak mereka di padang;
12. Ia tidak berani pulang ke rumahnya, sebab setidaknya tetangga-tetangga yang ada bersamanya dan mendengar semua perkataan imam besar, akan menghinanya di depan umum dengan cara yang sama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar