Kamis, 08 Juli 2010

Kita Diutus Untuk Mewartakan Kasih dan Damai Kristus

Dari Altar Ekaristi Kepada Perjumpaan Sehari-hari dengan Dunia
Menanggapi pesan Injil hari ini, kuusulkan kutipan dari Seruan Apostolik Paus Benediktus XVI Sacramentum Caritatis, 2007, untuk renungan:

Yang dibutuhkan dunia adalah kasih Allah; dunia membutuhkan perjumpaan dengan Kristus dan percaya kepadaNya. Maka Ekaristi yang adalah sumber dan puncak hidup Gereja, juga merupakan sumber dan puncak misinya: “suatu Gereja yang sungguh-sungguh ekaristis adalah Gereja yang misioner” (Proposisi 42, Sidang Umum Biasa ke-11, Sinode Para Uskup, Roma, 2005). Kita harus dapat mewartakan kepada saudara dan saudari kita dengan yakin: “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami” (1 Yoh 1:3) [Sacramentum Caritatis 84]

Semakin besar cinta pada Ekaristi di hati umat Kristen, semakin jelas pengertian mereka akan tujuan seluruh perutusan: menyampaikan Kristus kepada sesama. Bukan suatu teori atau cara hidup yang dijiwai oleh Kristus, namun sungguh-sungguh pribadi-Nya sebagai karunia. Siapapun yang belum berbagi kebenaran kasih ini kepada saudara atau saudarinya belum cukup memberi (Sacramentum Caritatis 86).

Misteri Ekaristi dengan demikian menyembulkan pelayanan kasih kepada sesama, yang “meliputi fakta, bahwa aku, dalam Tuhan dan dengan Tuhan, mengasihi orang yang tidak kusukai atau bahkan yang tidak kukenal. Ini hanya bisa terjadi berdasarkan perjumpaan yang mesra dengan Tuhan, suatu perjumpaan yang menjadi kesatuan kehendak, yang mempengaruhi perasaan-perasaanku. Maka aku belajar memandang orang lain bukan dengan mataku dan perasaanku sendiri, melainkan dari cara Yesus Kristus memandang” (Ensiklik Deus Caritas Est 18). Pada semua orang yang kujumpai, aku menemukan saudara dan saudari yang kepadanya Tuhan telah menyerahkan hidupNya, mengasihi mereka “sampai sehabis-habisnya” (Yoh 13:1). Komunitas kita sewaktu merayakan Ekaristi harus menjadi semakin sadar bahwa korban Kristus adalah untuk semua orang, dan bahwa dengan demikian Ekaristi menuntut kaum beriman agar menjadi “roti yang dipecah-pecahkan” bagi sesama, dan bekerja membangun suatu dunia yang lebih adil dan semakin bersaudara (Sacramentum Caritatis 88).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar