Tampilkan postingan dengan label Persahabatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Persahabatan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Juni 2010

HUT ke 75 Sr Marietta OSU dan Persahabatan

Kemarin, Jumat 4 Juni 2010, pukul 18.00 aku diundang menghadiri perayaan ulang tahun ke-75 Sr. Marietta Brotosoedirdjo OSU, yang dilahirkan pada tahun 1935. Diawali dengan suatu Misa Syukur di kapel biara Sancta Trinitas Jl. J.A. Suprapto 55 Malang, yang dipersembahkan oleh Rm Petrus Maria Handoko CM, perayaan itu mengambil tema “Persahabatan”. Sekitar 70 sahabat, saudara dan para suster se komunitas hadir dalam perayaan sederhana itu. Usia 75 tahun adalah usia berlian (diamond). Dan Sr Marietta OSU menunjukkan bahwa usia berlian itu merupakan usia yang penuh kebahagiaan baginya. Ia tidak merasa “terbuang” (Mzm 71:9), tetapi justru mau meremajakan arti persahabatan dengan penuh antusias. Ia telah diundang dalam persahabatan Allah; diundang dalam persahabatan komunitas Ursulin; diundang dalam persahabatan keluarga Allah yang lebih luas lagi dan ia telah menjalaninya sekian lama tanpa “kehabisan kekuatan”. Dan sekarang ia mengaktualkan tema persahabatan itu pada HUT-nya yang ke-75, dan dengan kegembiraan, sukacita dan semangat yang tetap tinggi bermaksud memberi kesaksian kepada para suster muda dalam komunitasnya tentang indahnya jalinan persahabatan, yang tertuju untuk “menambah puji-pujian kepada Tuhan; mulutku akan menceritakan keadilan Tuhan” (Mzm 71:14-15), yang telah dialaminya selama ini.

Dalam buku Misa Syukur HUT ke-75 Sr Marietta OSU dicantumkan kiat persahabatan Yesus yang ditangkap dan dimaknai :

- Memberi kenyamanan yang tak terungkapkan kepada orang lain, sehingga mereka merasa aman bersama kita;

- Membantu mereka agar bebas berbicara tanpa khawatir akan kita khianati atau putarbalikkan;

- Menyimpan apa yang pantas disimpan dan dengan kebaikan hati melupakan sisanya.

“Semakin besar perhatian saya terhadap kebutuhan orang lain, semakin bertambah kekuatan saya untuk membangun persahabatan.”

Proficiat Sr. Marietta OSU. Tuhan menyertai Anda dengan segala limpahan berkatNya. Tetap sehat, lincah, ceria dan penuh semangat menjadi “sahabat Yesus, dan melaksanakan perintah-perintahNya, dan... menghasilkan buah” (Yoh 15:14.16).

Mendengarkan

Persahabatan menuntut ketrampilan mendengarkan. Mendengarkan dengan seksama, menurut McKay, Davis dan Fanning: Messages: The Communications Skill Book (1983), seharusnya dilandasi oleh motivasi serta keinginan untuk melakukan enam hal berikut ini :

· Memahami seseorang

· Berempati pada seseorang

· Menikmati kebersamaan dengan seseorang

· Mempelajari sesuatu

· Berbagi dengan seseorang, contohnya saling berbagi pengalaman dengan benar-benar mendengarkan cerita seseorang mengenai hal itu

· Memberi bantuan atau dukungan.

Namun ada tindakan-tindakan yang dapat menjadi penghalang dalam upaya mendengarkan dengan baik. Misalnya, Anda tidak sungguh-sungguh mendengarkan jika:

Membanding–bandingkan. Ini terjadi saat Anda membanding-bandingkan apa yang dikatakan oleh teman bicara Anda dengan apa yang Anda rasakan. Alih-alih bersikap demikian, berusahalah untuk mendengarkan terlebih dahulu, setelah itu saringlah informasi yang Anda dapatkan, baru kemudian adakan perbandingan.

Membaca Pikiran. Seyogyanya tidak bersikap seperti seorang cenayang. Seolah-olah kita sudah tahu kita tahu apa yang akan mereka katakan. Mungkin kadang-kadang mereka memang mengatakan hal yang sama berulang-ulang kali. Tetapi jangan membuat asumsi-asumsi. Dengarkanlah saja. Jika orang masih mengomel tentang hal yang itu-itu saja, mungkin penyebab utamanya adalah karena sama sekali tidak ada perubahan yang terjadi. Mungkin mereka memang telah mengatakan hal yang sama berkali-kali, tetapi jujurlah pada diri Anda sendiri – apakah Anda benar-benar mendengarkan apa yang mereka katakan, atau hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri?

Mereka-reka Tanggapan Anda. Seperti para pengacara di ruang sidang, tidak ada seorangpun yang benar-benar menyimak apa yang dikatakan oleh teman bicara apabila Anda sama-sama sibuk menyiapkan tanggapan saat teman tengah berbicara. Tentu saja Anda tidak dapat mendengarkan bila Anda terlalu asyik memikirkan jawaban apa yang akan Anda berikan. Seandainya teman bicara Anda ngambek karena Anda tidak bisa memberi jawaban kepadanya dengan cepat, ingatkanlah hal berikut: Sebuah tanggapan yang dipertimbangkan dengan matang akan jauh lebih baik bila dibandingkan dengan respon mendadak.

Mengabaikan. Kita semua punya kecenderungan untuk membantah. Kita juga mempunyai kecenderungan untuk ‘menepis’ banyak hal yang kita dengar, hanya demi kecenderungan menyangkal serta ketidakpedulian kita. Tetapi, bila Anda hanya mendengar apa yang ingin Anda dengar dan hanya melihat apa yang ingin Anda lihat, bagaimana mungkin Anda dapat memperoleh hubungan yang memuaskan dan saling membahagiakan? Seandainya semua duri dalam komunikasi Anda diabaikan dan disangkal, mustahil akan tercipta hubungan yang baik.

Menghakimi. Ini berarti Anda mengevaluasi apa yang dikatakan oleh teman bicara Anda, bukan mendengarkan kata-katanya. Penghakiman ini akan membuat mereka kapok dan akhirnya merasa takut untuk menyatakan pendapat mereka atau mereka kehilangan motivasi untuk mencoba berbicara dengan Anda. Menjadi orang yang sok menghakimi akan membuat Anda dijauhi orang lain dan dianggap tidak menyenangkan untuk diajak berbagi. Dan Anda tidak akan memiliki hubungan yang membuat Anda bahagia bila Anda tidak bisa saling berbagi.

Memutuskan Pembicaraan Mencoba memotong pembicaraan seseorang sebelum ia sempat menyelesaikan apa yang ingin diutarakan olehnya seringkali memberi kesan bahwa ia tidak digubris, atau dipandang remeh, bukannya diberi kepercayaan sepenuhnya.

Hindarkan cara-cara ini, maka kemampuan mendengarkan Anda akan bertambah. Sebaliknya cobalah untuk:

- Saling Menghargai Cara Masing-Masing

- Saling Menghargai Rahasia Masing-Masing

- Saling Menghargai Komitmen Masing-Masing

- Saling Menghargai Komitmen Masing-Masing

- Jangan Mengungkit Kesalahan

- Bersikap Realistis

- Bersikap Positif