Jumat, 16 Juli 2010

Kasih Dalam Kebenaran art 16-17

Kasih dalam Kebenaran (16)
(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

16. Dalam Ensiklik Populorum Progressio, Paulus VI mengajarkan bahwa kemajuan, pada asal-usul dan hakekatnya, adalah pertama-tama dan terutama suatu panggilan: “Dalam rencana Allah setiap orang dipanggil untuk berkembang dan memenuhi diri sendiri, sebab setiap kehidupan adalah suatu panggilan tugas” (PP 15). Inilah yang memberikan hak yang sah kepada keterlibatan Gereja dalam seluruh permasalahan perkembangan. Jika perkembangan hanya berhubungan dengan aspek teknis dari hidup manusia, dan tidak menyangkut makna perjalanan hidup manusia melalui sejarah bersama-sama dengan sesamanya, tidak pula memperlihatkan tujuan perjalanan itu, maka Gereja tidak berhak membicarakannya. Paulus VI seperti Leo XIII sebelumnya dalam Ensiklik Rerum Novarum (Bdk PP 2; Leo XIII, Ensiklik Rerum Novarum; Yohanes Paulus II, Sollicitudo Rei Socialis, 8, dan Centessimus Annus 5) tahu, bahwa ia melaksanakan kewajiban yang berkait dengan jabatannya untuk memancarkan terang Injil atas masalah-masalah sosial pada zamannya (Bdk PP 2, 13).
Memandang perkembangan sebagai panggilan tugas adalah sama dengan mengakui bahwa hal itu berasal dari panggilan ilahi di satu pihak, dan bahwa hal itu sendiri tidak mampu memberikan makna yang tertinggi dari dirinya sendiri. Ada alasannya bahwa kata “panggilan” juga terdapat dalam alinea lain Ensiklik Populorum Progressio, yang berbunyi: “Humanisme yang sejati terarah kepada Allah dan sadar akan panggilan tugas yang memberikan makna yang sebenarnya kepada hidup manusia” (PP 42). Visi perkembangan ini merupakan jantung Ensiklik Populorum Progressio, dan menjadi latar belakang di balik renungan Paulus VI atas kebebasan, atas kebenaran dan atas kasih di dalam perkembangan. Semua itu juga tetap menjadi alasan pokok mengapa Ensiklik itu masih relevan di zaman kita.

Teks Latin:
16. In Litteris encyclicis Populorum progressio Paulus VI imprimis nobis demonstrare voluit progressionem sua scaturigine essentiaque quandam esse vocationem: « Ex divino consilio, quilibet homo ad sui ipsius profectum promovendum natus est, cum cuiusvis hominis vita ad munus aliquod a Deo destinetur » [N. 15: l.m., 265.]. Hoc quidem ipsum id comprobat quod in progressionis quaestionibus agit Ecclesia. Si technicae rationes in hominis vita considerarentur ac minime sane commune cum ceteris fratribus eiusdem in historia iter neque designata eiusdem itineris meta conspicerentur, non haberet Ecclesia ius hac loquendi de re. Paulus VI, perinde ac olim Leo XIII in Litteris encyclicis Rerum novarum [Cfr ibid., 2: l.m. 258; Leo XIII, Litt. enc. Rerum novarum (15 Maii 1891): Leonis XIII P.M. Acta, XI, Romae 1892, 97-144; Ioannes Paulus II, Litt. enc. Sollicitudo rei socialis, 8: l.m., 519-520; Id., Litt. enc. Centesimus annus, 5: l.m., 799.], sibi erat conscius se suas partes tueri, cum Evangelii in quaestiones suae aetatis sociales lumen effunderet [Cfr Litt. enc. Populorum progressio, 2. 13: l.m., 258. 263-264.].
Cum quis progressionem vocationem appellat, ille agnoscere vult hinc eandem ex transcendenti quadam postulatione oriri atque illinc non habere ipsam facultatem sui ipsius ultimam significationem praebendi. Non sine causa « vocationis » verbum in altero etiam loco est adhibitum, ubi dicitur: « Vera igitur humanitatis species non est nisi ea quae ad summum Deum intendit, dum munus agnoscitur ad quod sumus vocati et quo vera vitae humanae forma praebetur » [Ibid., 42: l.m., 278.]. Argumentum hoc progressionis est Litterarum encyclicarum Populorum progressio cardo et universas Pauli VI cogitationes de libertate, de veritate et in progressu de caritate comprobat. Praecipua etiam est ratio, qua Litterae encyclicae illae nostrae aetati accommodantur.

Kasih dalam Kebenaran (17)
(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

17. Suatu panggilan tugas menuntut jawaban yang bebas dan bertanggungjawab. Perkembangan manusia yang utuh mengandaikan kebebasan yang bertanggungjawab dari umat manusia dan perorangan: tidak ada struktur yang dapat menjamin perkembangan ini melampaui dan di atas kemampuan manusia untuk memberi jawaban (=melampaui kemampuan manusia dalam memikul tanggungjawab). “Berbagai ragam paham mengenai penyelamat (mesianisme) yang memberi janji-janji namun menciptakan ilusi” (Bdk PP 11, Centessimus Annus 25) selalu timbul dari penyangkalan atas dimensi transenden (ilahi) dari perkembangan, dan dari keyakinan bahwa perkembangan itu sepenuhnya terletak di tangan mereka. Jaminan palsu ini menjadi suatu cacat, karena menyusutkan manusia menjadi budak, menjadi alat belaka demi perkembangan, sementara kerendahan hati mereka yang menerima panggilan diubah menjadi otonomi yang sejati, karena panggilan itu membebaskan mereka. Paulus VI pasti yakin bahwa hambatan dan bentuk-bentuk ajaran seperti itu menghalangi perkembangan, tetapi ia juga yakin bahwa “tidak pedulu bagaimanapun pengaruh yang diterimanya, setiap orang tetap menjadi penanggungjawab keberhasilan atau kegagalannya sendiri” (PP 15). Kebebasan ini menyangkut macam perkembangan yang sedang kita bahas, tetapi juga berkenaan dengan situasi-situasi keterbelakangan yang tidak seharusnya terjadi, atau berbagai keharusan historis yang dibebankan menjadi tanggungjawab manusia. Inilah sebabnya “bangsa-bangsa yang mengalami kelaparan mengarahkan himbauan yang dramatis kepada bangsa-bangsa yang mendapat karunia kelimpahan” (PP 3). Ini juga merupakan suatu panggilan, himbauan bantuan yang berasal dari manusia yang merdeka kepada sesamanya yang merdeka atas pra-anggapan mengenai tanggungjawab bersama. Paulus VI sangat memahami pentingnya struktur-struktur dan pranata ekonomi, namun beliau juga memahami dengan sama jelasnya hakekat struktur dan pranata itu sebagai alat perlengkapan bagi kebebasan manusia. Hanya jika berdasar kebebasan maka perkembangan itu seutuhnya manusiawi; hanya jika dalam iklim kebebasan yang bertanggungjawab maka perkembangan akan bertumbuh dengan memuaskan.

Teks Latin:
17. Vocatio postulatio est quaedam, quae liberam consciamque responsionem requirit. Humana integraque progressio libertatem personae populorumque responsalem complectitur: nulla quidem structura hanc progressionem praestare potest, extra supraque humanam responsalitatem. « Quidam magnificis sed dolosis eorum pollicitationibus vehementer inescantur, qui se veluti alteros Messias iactant » [Ibid., 11: l.m., 262; cfr Ioannes Paulus II, Litt. enc. Centesimus annus, 25: l.m., 822-824.]. Eorum consilia in denegata significatione progressionis transcendenti nituntur, cum prorsus ii confidant omnia sibi commodari. Fallax haec confidentia fit infirmitas, quandoquidem hominis servitutem efficit, qui progressionis fit instrumentum, dum suscipiendae cuiusdam vocationis humilitas vera fit autonomia, quoniam personam liberam reddit. Nulla fuit Paulo VI dubitatio quin progressioni impedimenta condicionesque obessent, sed hoc etiam pro explorato habebat: « Unusquisque, quantumcumque apud eum valent externae sollicitationes, sortis suae prosperae vel infelicis praecipuus artifex exstat » [Litt. enc. Populorum progressio, 15: l.m., 265.]. Libertas haec ob oculos positum provectum respicit ac simul ad tardi progressus condiciones attinet, quae non casu atque quandam propter historiae necessitatem oriuntur, sed ex humana responsalitate pendent. Quapropter « fame laborantes populi hodie divitiis praepollentes populos miserabili quadam voce compellant » [Ibid., 3: l.m., 258.]. Haec per verba homines liberi appellant, scilicet invocant, homines liberos ad responsalitatem communiter sumendam. Paulus VI plane intellexit structurarum oeconomicarum institutionumque pondus, sed ipse pariter earum naturam instrumentorum humanae libertatis liquido comprehendit. Solummodo si liber est, progressus integre humanus adest; solummodo regimine vigente responsalis libertatis, progressus aequabiliter augescere potest.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar