Sabtu, 31 Juli 2010

St Alfonsus Liguori

Alfonsus Liguori (1696-1787), advokat dari Milan yang gagal dalam kerja dan kemudian beralih menjadi imam; dalam masa hidupnya Gereja memperkenalkan pesta devosi rosario (1716), doa sapta kedukaan (1724), dan Doa Angelus (Doa Malaikat Allah) pada 1724 (pada Masa Paus Benediktus XIII) dan 1742 (pada masa Paus Benediktus XIV); pada usia 66 tahun ia menjadi uskup dan kemudian pujangga Gereja, ia mendirikan tarekat imam Congregatio Sanctissimi Redemptoris, CSsR (1732), yang sejak 1956 bekerja di Indonesia juga, terutama di Keuskupan Weetebula (Sumba dan Sumbawa).

Cuplikan beberapa doa St Alfonsus Liguori kepada Yesus:

Hati Yesus yang penuh belas kasih, kasihanilah aku. Bahkan sebelum aku berdosa kepadaMu, O Penebusku, aku tidak layak menerima rahmat begitu besar yang Kau berikan kepadaku. Engkau telah menciptakan aku, memberiku begitu banyak keinginan dan sungguh tak layak aku menerima semuanya itu. Namun setelah berdosa padaMu, aku bukan saja tak pantas Engkau tolong, aku justru pantas tidak Engkau perhatikan selamanya. Namun Engkau sungguh rahim, Engkau menunggu aku dan tetap menjaga hidupku sekalipun di waktu aku memusuhi Dikau. Kerahimanmu membuatku melihat deritaku dan Engkau memanggil aku agar bertobat; Engkau memberikan kepadaku rasa sedih atas dosa-dosaku dan suatu hasrat untuk mengasihi Dikau. Aku sangat berharap dengan pertolongan rahmatMu, aku dapat menjadi sahabatMu lagi. (Frederick M. Jones CSsR, Saint Alphonsus de Liguori: Selected Writings, 1999, hal 232).

O sakramen kasih, entah memberikan diriMu sendiri dalam komuni, entah tinggal bertahta di altar, Engkaulah yang paling tahu bagaimana dengan kasihMu yang lembut Engkau menarik begitu banyak hati kepada Dikau, mereka yang terpikat kepadaMu, penuh kekaguman memandang kasih yang sedemikian, dinyalakan oleh sukacita, dan selalu memikirkan Dikau; sangat merindukan kasihMu, hidup menghamba pada cintaMu. Aku pun, kini dan seterusnya, menyerahkan semua minatku, semua harapanku, semua perasaanku, seluruh jiwaku, segenap ragaku, --- kuserahkan ke dalam tangan-tangan kebaikanMu. Terimalah aku, O Tuhan, dan gunakan aku sesuka Tuhan (The Complete Works of Saint Alphonsus, karya suntingan Eugene Grimm C.Ss.R, volume 6, Redemptorist Fathers, 1927, hal 149-150)

Jumat, 16 Juli 2010

Kasih Dalam Kebenaran art 16-17

Kasih dalam Kebenaran (16)
(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

16. Dalam Ensiklik Populorum Progressio, Paulus VI mengajarkan bahwa kemajuan, pada asal-usul dan hakekatnya, adalah pertama-tama dan terutama suatu panggilan: “Dalam rencana Allah setiap orang dipanggil untuk berkembang dan memenuhi diri sendiri, sebab setiap kehidupan adalah suatu panggilan tugas” (PP 15). Inilah yang memberikan hak yang sah kepada keterlibatan Gereja dalam seluruh permasalahan perkembangan. Jika perkembangan hanya berhubungan dengan aspek teknis dari hidup manusia, dan tidak menyangkut makna perjalanan hidup manusia melalui sejarah bersama-sama dengan sesamanya, tidak pula memperlihatkan tujuan perjalanan itu, maka Gereja tidak berhak membicarakannya. Paulus VI seperti Leo XIII sebelumnya dalam Ensiklik Rerum Novarum (Bdk PP 2; Leo XIII, Ensiklik Rerum Novarum; Yohanes Paulus II, Sollicitudo Rei Socialis, 8, dan Centessimus Annus 5) tahu, bahwa ia melaksanakan kewajiban yang berkait dengan jabatannya untuk memancarkan terang Injil atas masalah-masalah sosial pada zamannya (Bdk PP 2, 13).
Memandang perkembangan sebagai panggilan tugas adalah sama dengan mengakui bahwa hal itu berasal dari panggilan ilahi di satu pihak, dan bahwa hal itu sendiri tidak mampu memberikan makna yang tertinggi dari dirinya sendiri. Ada alasannya bahwa kata “panggilan” juga terdapat dalam alinea lain Ensiklik Populorum Progressio, yang berbunyi: “Humanisme yang sejati terarah kepada Allah dan sadar akan panggilan tugas yang memberikan makna yang sebenarnya kepada hidup manusia” (PP 42). Visi perkembangan ini merupakan jantung Ensiklik Populorum Progressio, dan menjadi latar belakang di balik renungan Paulus VI atas kebebasan, atas kebenaran dan atas kasih di dalam perkembangan. Semua itu juga tetap menjadi alasan pokok mengapa Ensiklik itu masih relevan di zaman kita.

Teks Latin:
16. In Litteris encyclicis Populorum progressio Paulus VI imprimis nobis demonstrare voluit progressionem sua scaturigine essentiaque quandam esse vocationem: « Ex divino consilio, quilibet homo ad sui ipsius profectum promovendum natus est, cum cuiusvis hominis vita ad munus aliquod a Deo destinetur » [N. 15: l.m., 265.]. Hoc quidem ipsum id comprobat quod in progressionis quaestionibus agit Ecclesia. Si technicae rationes in hominis vita considerarentur ac minime sane commune cum ceteris fratribus eiusdem in historia iter neque designata eiusdem itineris meta conspicerentur, non haberet Ecclesia ius hac loquendi de re. Paulus VI, perinde ac olim Leo XIII in Litteris encyclicis Rerum novarum [Cfr ibid., 2: l.m. 258; Leo XIII, Litt. enc. Rerum novarum (15 Maii 1891): Leonis XIII P.M. Acta, XI, Romae 1892, 97-144; Ioannes Paulus II, Litt. enc. Sollicitudo rei socialis, 8: l.m., 519-520; Id., Litt. enc. Centesimus annus, 5: l.m., 799.], sibi erat conscius se suas partes tueri, cum Evangelii in quaestiones suae aetatis sociales lumen effunderet [Cfr Litt. enc. Populorum progressio, 2. 13: l.m., 258. 263-264.].
Cum quis progressionem vocationem appellat, ille agnoscere vult hinc eandem ex transcendenti quadam postulatione oriri atque illinc non habere ipsam facultatem sui ipsius ultimam significationem praebendi. Non sine causa « vocationis » verbum in altero etiam loco est adhibitum, ubi dicitur: « Vera igitur humanitatis species non est nisi ea quae ad summum Deum intendit, dum munus agnoscitur ad quod sumus vocati et quo vera vitae humanae forma praebetur » [Ibid., 42: l.m., 278.]. Argumentum hoc progressionis est Litterarum encyclicarum Populorum progressio cardo et universas Pauli VI cogitationes de libertate, de veritate et in progressu de caritate comprobat. Praecipua etiam est ratio, qua Litterae encyclicae illae nostrae aetati accommodantur.

Kasih dalam Kebenaran (17)
(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

17. Suatu panggilan tugas menuntut jawaban yang bebas dan bertanggungjawab. Perkembangan manusia yang utuh mengandaikan kebebasan yang bertanggungjawab dari umat manusia dan perorangan: tidak ada struktur yang dapat menjamin perkembangan ini melampaui dan di atas kemampuan manusia untuk memberi jawaban (=melampaui kemampuan manusia dalam memikul tanggungjawab). “Berbagai ragam paham mengenai penyelamat (mesianisme) yang memberi janji-janji namun menciptakan ilusi” (Bdk PP 11, Centessimus Annus 25) selalu timbul dari penyangkalan atas dimensi transenden (ilahi) dari perkembangan, dan dari keyakinan bahwa perkembangan itu sepenuhnya terletak di tangan mereka. Jaminan palsu ini menjadi suatu cacat, karena menyusutkan manusia menjadi budak, menjadi alat belaka demi perkembangan, sementara kerendahan hati mereka yang menerima panggilan diubah menjadi otonomi yang sejati, karena panggilan itu membebaskan mereka. Paulus VI pasti yakin bahwa hambatan dan bentuk-bentuk ajaran seperti itu menghalangi perkembangan, tetapi ia juga yakin bahwa “tidak pedulu bagaimanapun pengaruh yang diterimanya, setiap orang tetap menjadi penanggungjawab keberhasilan atau kegagalannya sendiri” (PP 15). Kebebasan ini menyangkut macam perkembangan yang sedang kita bahas, tetapi juga berkenaan dengan situasi-situasi keterbelakangan yang tidak seharusnya terjadi, atau berbagai keharusan historis yang dibebankan menjadi tanggungjawab manusia. Inilah sebabnya “bangsa-bangsa yang mengalami kelaparan mengarahkan himbauan yang dramatis kepada bangsa-bangsa yang mendapat karunia kelimpahan” (PP 3). Ini juga merupakan suatu panggilan, himbauan bantuan yang berasal dari manusia yang merdeka kepada sesamanya yang merdeka atas pra-anggapan mengenai tanggungjawab bersama. Paulus VI sangat memahami pentingnya struktur-struktur dan pranata ekonomi, namun beliau juga memahami dengan sama jelasnya hakekat struktur dan pranata itu sebagai alat perlengkapan bagi kebebasan manusia. Hanya jika berdasar kebebasan maka perkembangan itu seutuhnya manusiawi; hanya jika dalam iklim kebebasan yang bertanggungjawab maka perkembangan akan bertumbuh dengan memuaskan.

Teks Latin:
17. Vocatio postulatio est quaedam, quae liberam consciamque responsionem requirit. Humana integraque progressio libertatem personae populorumque responsalem complectitur: nulla quidem structura hanc progressionem praestare potest, extra supraque humanam responsalitatem. « Quidam magnificis sed dolosis eorum pollicitationibus vehementer inescantur, qui se veluti alteros Messias iactant » [Ibid., 11: l.m., 262; cfr Ioannes Paulus II, Litt. enc. Centesimus annus, 25: l.m., 822-824.]. Eorum consilia in denegata significatione progressionis transcendenti nituntur, cum prorsus ii confidant omnia sibi commodari. Fallax haec confidentia fit infirmitas, quandoquidem hominis servitutem efficit, qui progressionis fit instrumentum, dum suscipiendae cuiusdam vocationis humilitas vera fit autonomia, quoniam personam liberam reddit. Nulla fuit Paulo VI dubitatio quin progressioni impedimenta condicionesque obessent, sed hoc etiam pro explorato habebat: « Unusquisque, quantumcumque apud eum valent externae sollicitationes, sortis suae prosperae vel infelicis praecipuus artifex exstat » [Litt. enc. Populorum progressio, 15: l.m., 265.]. Libertas haec ob oculos positum provectum respicit ac simul ad tardi progressus condiciones attinet, quae non casu atque quandam propter historiae necessitatem oriuntur, sed ex humana responsalitate pendent. Quapropter « fame laborantes populi hodie divitiis praepollentes populos miserabili quadam voce compellant » [Ibid., 3: l.m., 258.]. Haec per verba homines liberi appellant, scilicet invocant, homines liberos ad responsalitatem communiter sumendam. Paulus VI plane intellexit structurarum oeconomicarum institutionumque pondus, sed ipse pariter earum naturam instrumentorum humanae libertatis liquido comprehendit. Solummodo si liber est, progressus integre humanus adest; solummodo regimine vigente responsalis libertatis, progressus aequabiliter augescere potest.

Rabu, 14 Juli 2010

Tentang Santa Anna, Sumber 2 Tradisi

Sepatah Kata Pengantar

Injil adalah salah satu ragam sastera di masa Perjanjian Baru. Sebelum dituliskan, injil-injil terlebih dahulu berkembang sebagai tradisi lisan di dalam masyarakat. Di luar keempat Injil yang terdapat dalam Kitab Perjanjian Baru (Injil-injil kanonik Matius, Markus, Lukas, Yohanes) sudah beredar banyak tulisan Injil seperti itu. Di dalam pembukaan Injil yang ditulisnya, Santo Lukas mengatakan: “Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang telah disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.” (Luk 1:1-2). Mungkin Lukas telah melihat ada yang benar dan ada yang salah dalam tulisan-tulisan Injil yang sudah beredar, sehingga ketika hendak menyusun Injilnya, ia mengadakan penyelidikan dengan seksama dari mulanya (bdk Luk 1:3).
Proto Injil Santo Yakobus dan Injil Kelahiran Maria termasuk injil-injil yang berangkat dari tradisi dan merekam tradisi, yang diperkirakan berasal dari abad kedua. Karena tidak termasuk dalam kanon (daftar Kitab Suci) Perjanjian Baru, maka Injil-injil ini termasuk golongan Injil Apokrif. Namun ini tidak berarti apa yang tertulis di dalamnya keliru semua, melainkan ada yang benar, yang didukung oleh tradisi.
Sebagian dari Proto-Injil Santo Yakobus dan Injil Kelahiran Maria yang kusampaikan di sini adalah sebagai sumber-sumber tradisi untuk mengenal Santa Anna, yang bagi banyak orang hanya dikenal namanya, namun tidak diketahui bagaimana riwayatnya.

Malang, akhir Juni hingga awal Juli 2010
Bambang Kuss


PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Bab 1

1. Dalam riwayat kedua-belas suku Israel, kita membaca ada seseorang yang bernama Yoakhim, yang sangat kaya, yang menyampaikan persembahan kepada Tuhan Allah dua kali lipat, dengan keyakinan: “persembahanku niscaya menjadi berkat bagi semua orang, dan karenanya aku akan mendapat kerahiman Tuhan Allah demi pengampunan dosa-dosaku”. 2. Namun pada suatu hari raya Tuhan, ketika anak-anak Israel menyampaikan persembahan mereka dan Yoakhim juga hendak menyampaikan persembahannya, Ruben, imam besar, menolak dia, katanya, “Tidak sepantasnya kamu menyampaikan persembahan, mengingat kamu belum punya anak keturunan dalam Israel.” 3. Kata-kata ini membuat Yoakhim sangat sedih, sehingga ia pergi menemui petugas pencatat silsilah kedua belas suku, untuk melihat apakah hanya dirinya saja yang tidak punya keturunan. 4. Dari penyelidikan itu diketahuinya semua orang benar mempunyai benih di Israel: 5. Lalu ia teringat bapa-bangsa Abraham, Bagaimana Tuhan memberi dia anak, yaitu Ishak, pada bagian akhir hidupnya; ingatan itu membuat Yoakhim amat sangat sedih, dan ia tidak mau pulang menemui isterinya; 6. ia pergi ke padang gurun, mendirikan tenda di sana, dan berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, dan berkata pada dirinya sendiri, “Aku tak akan makan atau pun minum, sampai Tuhan Allahku berkenan memandang diriku, dan doaku adalah makananku dan minumanku.”

Catatan:
[1:6 Bdk dengan Musa, Kel 24:11; 34:28; Ul 9:9; dengan Elia, 1Raj 19:8.]

Injil Kelahiran Maria
BAB 1
1 Perawan Maria yang kudus dan mulia, yang terbit dari suku rajawi dan keluarga Daud, dilahirkan di kota Nazaret, dan dididik di Yerusalem, di Bait Allah Tuhan.
2 Nama ayahnya adalah Yoakim dan ibunya Hana (*). Keluarga ayahnya berasal dari Galilea dan dari kota Nazaret. Keluarga ibunya berasal dari Betlehem.
3. Mereka hidup lurus dan benar di mata Tuhan, saleh dan tanpa cela di hadapan manusia. Sebab mereka membagikan seluruh milik mereka menjadi tiga bagian:
4. Salah satu bagian mereka peruntukkan bagi Bait Allah dan petugas Bait Allah; sebagian yang lain diperuntukkan bagi orang asing dan orang miskin; dan bagian yang ketiga bagi diri mereka dan digunakan untuk keluarga mereka sendiri.
5. Dengan cara itulah mereka hidup selama dua puluh tahun secara murni, berkenan pada Allah, disukai sesama, namun tidak punya keturunan.
6. Namun mereka bernazar, sekiranya Tuhan berkenan memberikan anak, mereka akan membaktikan anak itu kepada Tuhan; karena itu mereka pergi beribadat di Bait Allah pada setiap perayaan.
7. Demikianlah maka menjelang perayaan cahaya, Yoakim dan teman-temannya yang satu puak pergi ke Yerusalem, dan pada waktu itu yang menjadi imam besar adalah Isakhar.
8. Ketika melihat Yoakim bersama dengan rombongannya membawa persembahan, ia mencemooh Yoakim dan persembahannya, katanya
9 “Mengapa dia yang tidak punya keturunan berani tampil di antara mereka yang punya.” Sambil menambahkan, bahwa persembahannya tidak akan diterima oleh Tuhan, yang menganggapnya tidak layak mempunyai anak; menurut Kitab Suci, celakalah barangsiapa yang tidak mempunyai putera di Israel.
10. Selanjutnya ia berkata, Yoakim seharusnya melepaskan diri dari kutuk dengan mendapatkan anak dulu, baru kemudian datang dengan membawa persembahannya di hadirat Tuhan.
11. Namun Yoakim yang sangat malu karena cemoohan itu, mengundurkan diri ke tempat para gembala, yang menjaga ternak mereka di padang;
12. Ia tidak berani pulang ke rumahnya, sebab setidaknya tetangga-tetangga yang ada bersamanya dan mendengar semua perkataan imam besar, akan menghinanya di depan umum dengan cara yang sama.
Catatan: (*) Hana(h) adalah nama Ibrani. Nama ini ditransliterasikan ke dalam berbagai bahasa lain menjadi Ann, Anna, atau Anne. Dalam transliterasi nama Ibrani itu, Kitab Suci Indonesia menggunakan Hana (Mis Hana isteri Tobit, ibu Tobias, Tob 1:9 dan nabiah dalam Luk 2:36-38), sedang bacaan-bacaan di luar Kitab Suci pada umumnya menggunakan Anna.
I:6 Bdk 1 Sam 1:6-7

Injil Kelahiran Maria
BAB 2
1 Setelah di tempat itu beberapa lama, pada suatu hari ketika ia sendirian, malaikat Allah berdiri di hadapannya dengan cahaya yang menyilaukan.
2 Kepadanya yang terkejut karena penampakan itu, malaikat yang menampakkan diri itu menghibur, katanya:
3 “Jangan takut, Yoakim, jangan terkejut karena melihat aku, sebab aku malaikat yang diutus Allah kepadamu, supaya aku memberitahukan kepadamu, bahwa doamu sudah didengarkan, dan segala dermamu naik ke hadapan Allah.
4 Karena Dia telah menyaksikan betapa kamu malu, dan telah mendengarkan hinaan yang tidak adil karena kamu tidak punya anak: sebab Tuhan menghukum dosa, bukan kodrat;
5 Maka ketika Ia menutup rahim seseorang, Ia melakukannya dengan maksud ini, supaya dengan cara yang lebih ajaib Ia membukanya kembali, sehingga yang dilahirkan bukanlah hasil nafsu, tetapi karunia Allah.
6 Bukankah ibu leluhur bangsamu Sara mandul sampai usianya delapan puluh tahun? Sekalipun begitu pada akhirnya ia melahirkan Ishak pada masa tuanya, dan pada anaknya itu ada janji berkat bagi segala bangsa.
7 Rahel juga yang sungguh dikasihi Allah, dan sangat dicintai oleh Yakub yang kudus tetap mandul sampai lama, tetapi sesudahnya ia menjadi ibu Yusuf yang bukan saja menjadi penguasa di Mesir, tetapi juga membebaskan banyak bangsa dari kematian karena lapar
8 Siapa di antara hakim-hakim yang lebih perkasa dari Simson, atau lebih kudus dari Samuel? Namun ibu-ibu mereka sama-sama mandul
9 Jika semua ini tidak meyakinkan kamu akan kebenaran perkataanku, bahwa ada banyak orang mengandung di masa tua, dan bahwa mereka yang mandul kemudian melahirkan sehingga menimbulkan keheranan besar, maka Hana isterimu akan melahirkan bagimu seorang anak perempuan, dan kamu akan menamainya Maria;
10 Dia akan dibaktikan kepada Allah dari masa kecilnya, dan akan penuh dengan Roh Kudus sejak dalam kandungan ibunya.
11 Ia tak akan makan atau minum sesuatu yang haram, dan iapun tidak akan bergaul dengan orang kebanyakan, melainkan berada di dalam bait Allah; itu supaya ia tidak dihinakan atau dicurigakan melakukan apa yang buruk.
12 Maka ketika ia bertumbuh nanti, sebagaimana ia sendiri dilahirkan dengan cara yang ajaib dari seorang yang mandul, maka sewaktu ia masih perawan, dengan cara yang tiada duanya, ia akan melahirkan Putera Allah yang Mahatinggi, yang akan dinamai Yesus, dan sesuai dengan arti namaNya, Ia akan menjadi Penyelamat segala bangsa (Mat 1:21).
13 Dan inilah tandanya bagimu dari semua yang telah kukatakan, yaitu, ketika kamu sampai di Gerbang Emas Yerusalem, kamu akan menjumpai Hana yang sangat cemas karena kamu tidak segera pulang, dan dia akan bersuka cita menjumpai engkau.”
14 Setelah mengatakan semuanya itu, malaikat itupun pergi meninggalkan dia.

Catatan: Ay 3: (Kis 10:4); Ay 6: (Kej 16:2dst; 17:10dst); Ay 7: (Kej 30:1-22; 41:1dst); Ay 8: (Hak 13:2; 1 Sam 6); Ay 10: (Luk 1:15)


PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Bab 2

1. Sementara itu Hana, isterinya sangat sedih dan bingung karena dua sebab, dan berkata pada dirinya sendiri, “Aku akan meratapi baik keadaanku yang menjanda ditinggal suamiku maupun kemandulanku.” 2. Dan menjelang suatu hari raya Tuhan, Yudit, hambanya, berkata: “Sampai berapa lama engkau akan menyiksa jiwamu? Hari raya Tuhan sudah mendekat, tidak baik bagi seseorang untuk berdukacita. 3. Karena itu kenakanlah pakaian terbaik, yang diberikan oleh orang yang membuatnya bagimu, sebab tidak cocok jika aku, seorang hamba, memakainya, tetapi pakaian itu sangat cocok bagimu yang lebih mulia.” 4. Tapi Hana menjawab, “Pergilah dariku, aku tidak pantas untuk pakaian seperti itu, selain itu Tuhan sungguh membuatku hina, 4. aku takut orang keliru memberikan ini padamu dan kamu datang menambah parah keadaan dosaku”. 6. Lalu Yudit hambanya itu menjawab, “Kejahatan apa lagi yang kutimpakan padamu jika engkau tidak mendengarkan aku? 7. Aku tak ingin menambah besar kutuk yang engkau sandang, bahwa Allah menutup rahimmu, sehingga engkau tidak bisa menjadi seorang ibu di Israel.” 8. Atas perkataan itu Hana bertambah semakin sedih, dan setelah mengenakan gaun perkawinannya, pada pukul tiga sore ia berjalan-jalan di kebunnya, 9. dan ia melihat sebatang pohon salam, lalu ia duduk di bawah pohon itu, dan berdoa kepada Tuhan, katanya: 10. “Ya Allah para leluhurku, turunkanlah berkatMu kepadaku dan dengarkanlah doaku, seperti Engkau telah mendatangkan berkat pada rahim Sara, dan memberikan kepadanya seorang putera, Ishak.”(*)

Catatan:
* Kej 21:2


PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Bab 3

1. Dan ketika ia menengadah dilihatnya sebuah sarang burung pipit di antara daun-daun salam. 2. Ia mengeluh di dalam hati, katanya, “Wahai diriku, siapa yang memperanakkan aku? rahim siapakah yang melahirkan aku, sehingga aku menanggung aib ini di hadapan anak-anak Israel, sehingga mereka menghinakan dan mencemooh aku di rumah Tuhanku? Wahai diriku, dengan apa aku ini bisa dibandingkan? 3. Tak dapat aku dibandingkan dengan hewan-hewan yang paling ganas di bumi, sebab bahkan hewan bumi yang paling ganas pun punya keturunan di hadapanMu, ya Tuhan! Wahai diriku, dengan apa aku bisa dibandingkan? 4. Tak dapat aku dibandingkan dengan hewan-hewan rendah di bumi, sebab bahkan hewan bumi yang rendah pun punya keturunan di hadapanMu, ya Tuhan! Wahai diriku, dengan apa aku bisa dibandingkan? 5. Tak dapat aku dibandingkan dengan semua air ini, sebab segala air berbuah di hadapanMu, ya Tuhan! Wahai diriku, dengan apa aku bisa dibandingkan? 6. Tak dapat aku dibandingkan dengan ombak di laut, sebab ombak, entah tenang, entah bergerak, punya ikan-ikan di dalamnya, dan memuliakan Engkau, ya Tuhan! Wahai diriku, dengan apa aku bisa dibandingkan? 7. Tak dapat aku dibandingkan dengan bumi, sebab bumi menghasilkan buahnya dan memuji Dikau, ya Tuhan!”

PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Bab 4

1. Kemudian seorang malaikat Tuhan berdiri di sampingnya dan berkata, “Hana, Hana, Tuhan telah mendengarkan doamu; kamu akan mengandung dan melahirkan; dan anakmu itu akan menjadi buah bibir di seluruh dunia.” 2. Dan Hana menjawab, “Demi Tuhan Allahku yang hidup, maka anak yang kulahirkan, entah laki-laki, entah perempuan, akan kubaktikan kepada Tuhan Allahku, dan anak itu akan melayaniNya dalam hal-hal yang kudus sepanjang hidupnya.” 3. Kemudian tampak dua malaikat, yang berkata kepadanya: “Suamimu, Yoakhim, akan pulang bersama para gembalanya,” 4. Sebab seorang malaikat juga sudah menemuinya dan berkata, “Tuhan Allah telah mendengarkan doamu, bergegaslah dan pulanglah, sebab Hana isterimu akan mengandung.” 5. Yoakhim pergi dan memanggil para gembalanya, dan berkata: “Ambillah untukku sepuluh anak-domba betina yang putih dan tak bercacat, dan mereka akan kupersembahkan kepada Tuhan Allahku; 6. Dan bawa padaku dua belas anak lembu yang tak bercatat, dan keduabelas anak-lembu itu akan diserahkan untuk para imam dan para penatua. 7. Bawa pula untukku seratus kambing, dan semuanya akan kueserahkan untuk segenap umat.” 8. Dan Yoakhim pulang bersama dengan para gembalanya, dan Hana yang berdiri menanti di dekat gapura melihat Yoakhim mendatangi bersama para gembalanya. 8. Ia berlari mendapatkan suaminya dan merangkul lehernya, katanya: “Kini aku tahu, Tuhan sungguh murah hati memberikan berkat karunia padaku; 10. sebab lihatlah, aku yang seorang janda kini bukan janda lagi, dan aku yang mandul kini akan mengandung.”

Injil Kelahiran Maria
BAB 3

1 Kemudian malaikat menampakkan diri pada Hana isterinya, dan berkata: “Jangan takut, dan jangan mengira bahwa yang kamu lihat ini hantu.
2 Sebab aku adalah malaikat yang menyampaikan doa-doa dan dermamu di hadapan Tuhan, dan sekarang aku diutus untuk memberitahukan kepadamu, bahwa kamu akan melahirkan seorang anak perempuan, yang akan kamu namai Maria, dan ia akan diberkati dari antara semua wanita.
3 Dari sejak lahirnya ia akan penuh dengan rahmat Tuhan, dan akan terus tinggal selama tiga tahun di rumah bapanya, dan sesudahnya akan dibaktikan untuk melayani Tuhan, Ia tidak akan meninggalkan Bait Allah sebelum tiba waktu yang ditentukan baginya.
4 Pendeknya dia akan berada di sana melayani Tuhan siang dan malam dengan puasa dan doa, dan akan berpantang dari semua yang diharamkan, dan tak akan mengenal laki-laki.
5 Namun tanpa ada duanya, tanpa pembenihan, dan sebagai seorang perawan yang tidak mengenal laki-laki satupun, dia akan mengandung seorang putera, dan akan melahirkan Tuhan, yang dengan rahmat dan nama dan pekerjaanNya, akan menjadi penyelamat dunia.
6 Maka bangunlah dan pergilah ke Yerusalem dan pergilah ke Gerbang Emas (yang disebut demikian karena disepuh dan dilapisi dengan emas). Dan sebagai tanda atas semua perkataanku, kamu akan menjumpai suamimu yang kamu cemaskan keselamatannya.
7 Maka ketika kamu dapatkan semuanya ini terjadi, percayalah bahwa selebihnya yang telah kukatakan kepadamu, juga pasti akan terlaksana juga.”
8. Maka sesuai dengan perkataan malaikat itu, mereka berdua pergi meninggalkan tempat masing-masing dan di tempat yang telah ditunjukkan malaikat, mereka saling berjumpa.
9 Maka dengan bersuka cita atas penampakan masing-masing, dan merasa dipuaskan oleh janji akan seorang anak, mereka mengucap syukur kepada Allah, yang telah meninggikan yang hina dina.
10 Sesudah memuji Tuhan mereka pulang dan hidup dengan sukacita dengan harapan yang pasti akan janji Allah.
11. Maka Hana mengandung dan melahirkan seorang anak perempuan dan sesuai dengan perkataan malaikat, mereka menamai anak itu Maria.

Catatan: Ay 1: Bdk Mat 14:26; ay 2: Lih Luk 1:28; ay 4: Lih Luk 2:37

PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Bab 5

1. Dan Yoakim seharian itu tinggal di rumah saja, namun esok hatinya ia membawa semua persembahannya dan berkata, 2. “Seandainya Tuhan rahim kepadaku, hendaklah dari Urim dan Tumim yang dikenakan imam Ia menyatakan keadaanku.” 3. Dan dari Urim dan Tumim yang dikenakan imam itu, kepadanya diperlihatkan, bahwa dosa tidak ada padanya. 4. Kata Yoakim, “Kini aku tahu Tuhan sungguh baik kepadaku dan telah membersihkan segala dosaku.” 5. Ia turun dari Bait Allah dan telah dibenarkan, lalu ia pulang ke rumahnya. 6. Dan setelah sembilan bulan genap bagi Hana, tibalah waktunya untuk melahirkan, dan kepada prawat penolong-kelahiran ia bertanya, “Bagaimana anak yang kulahirkan?” 7. Penolong kelahiran itu memberi tahu, “Seorang anak perempuan.” 8. Lalu Hana berkata, “Hari ini Tuhan telah memuliakan jiwaku.” Dan ia berbaring di ranjangnya. 9. Dan setelah usai masa nifasnya dan ia telah ditahirkan, ia menyusui anak itu dan memberikan nama Maria kepadanya.


PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Diterjemahkan secara longgar, artinya tidak harfiah
oleh: Bambang Kuss

Bab 6
1 Dan anak itu bertambah kuat setiap hari, maka ketika umurnya sembilan bulan, ibunya menurunkannya ke tanah untuk melihat apakah ia bisa berdiri; anak itu berjalan sembilan langkah, kemudian kembali lagi ke pangkuan ibunya.
2. Ibunya mengangkatnya dan berkata, “Demi Tuhan Allahku yang hidup, kamu tak boleh lagi berjalan di atas bumi sampai kubawa kamu ke Bait Allah.”
3. Maka Hana membuatkan untuk anaknya itu suatu kamar sebagai tempat yang kudus, sehingga tidak tersentuh oleh sesuatu yang diharamkan dan apa yang najis tidak datang padanya, namun ia mengundang datang puteri-puteri Israel yang masih suci, tapi mereka menyisihkan anak itu.
4. Ketika umur anak itu genap satu tahun, Yoakim membuat pesta besar, dan ia mengundang para imam, ahli-kitab, para penatua dan segenap orang Israel.
5. Dan Yoakim menyampaikan persembahan korban untuk anak itu, dan mereka memberkati anak itu dengan berkata, “Allah para bapa leluhur kita memberkati gadis ini, dan memberikan nama yang masyhur kepadanya untuk segala angkatan.” Semua yang hadir menjawab, “Amin”.
6. Lalu untuk kali yang kedua, Yoakim menyerahkan anak itu kepada para imam, dan mereka memberkati anak itu dambil berkata, “Ya Allah yang mahatinggi, pandanglah anak ini, dan karuniakanlah kepadanya berkat yang kekal.”
7. Ibunya lalu mengambil anak itu, dan menyusui anak itu, sambil menyanyikan kidung berikut kepada Tuhan.
8. “Aku akan menyanyikan lagu baru kepada Tuhan Allahku, sebab Ia telah melawat aku; Ia telah membebaskan aku dari musuh-musuh yang menghinaku, dan memberikan kepadaku keadilan-Nya, sehingga boleh diberitakan kepada anak-anak Ruben, bahwa Hana telah menyusui anaknya.”
9. Kemudian ia membaringkan anak itu tidur di kamar yang telah ditahirkan, lalu ia keluar lagi untuk melayani tamu-tamu.
10. Dan ketika perjamuan pesta usai, mereka pulang dengan sukacita sambil memuji Allah.


Bab 7
1. Anak itu bertumbuh menjadi besar, dan ketika umurnya dua tahun, Yoakim berkata kepada Hana, “Mari kita membawanya ke Bait Allah, supaya kita melunaskan janji kita, yang telah kita ucapkan kepada Tuhan Allah, supaya Ia tidak memurkai kita dan tidak berkenan kepada persembahan kita.”
2. Namun Hana berkata, “Biarlah kita tunggu hingga tahun ketiga, supaya ia mengenal ayahnya.” Yoakim menjawab, “Kalau begitu baiklah kita menunggu.”
3. Dan ketika umur anak itu tiga tahun, Yoakim berkata, “Marilah kita mengajak gadis-gadis Ibrani yang masih suci, dan biarlah masing-masing dari mereka membawa pelita, dan biarlah mereka menyalakan pelita itu, supaya anak ini tidak berpaling untuk pulang, dan tidak bosan pada Bait Allah.”
4. Hal itu mereka lakukan, sampai mereka naik ke Bait Allah. Dan imam besar menerima anak itu, dan memberkati anak itu sambil berkata, “Maria, Tuhan Allah telah memuliakan namamu kepada semua angkatan, dan hingga akhir zaman Tuhan akan memberikan keselamatan kepada anak-anak Israel.”
5. Imam besar menurunkan Maria pada undakan ketiga dari altar, dan Tuhan memberkatinya, dan Maria menari dengan kakinya, dan seluruh Israel mengasihi dia.

Bab 8
1. Orangtuanya pulang dengan takjub dan memuji Allah, sebab anak itu tidak rewel berbalik kepada mereka.


Injil Kelahiran Maria
BAB 4

1 Tiga tahun telah berlalu dan masa sapihannya pun selesai, mereka membawa sang Perawan ke Bait Allah sekalian dengan membawa persembahan.
2 Dan menjelang tiba di Bait Allah, menurut lima belas Mazmur ziarah ada lima belas anak tangga yang harus didaki.
3 Karena Bait Allah dibangun di atas sebuah gunung, mezbah korban bakaran tak bisa tidak harus didekati dengan mendaki anak tangga.
4 Orangtua sang Perawan dan kanak-kanak Maria yang terberkati berhenti dan mereka menurunkannya di salah satu anak tangga
5 Mereka melepas pakaian yang telah digunakan untuk perjalanan, dan menurut adat harus diganti dengan yang lebih rapi dan bersih.
6 Sementara itu Perawan Allah dengan cara yang luarbiasa mendaki semua anak tangga satu per satu, tanpa ada orang yang membimbing atau mengangkatnya, sehingga setiap orang mengira umurnya sudah cukup.
7 Maka Tuhan melakukan perkerjaan yang ajaib dalam masa kanak-kanak sang Perawan, terbukti betapa baiknya dia di kemudian hari.
8 Namun setelah menyampaikan persembahan korban mereka menurut adat hukum, dan menyempurnakan nadar mereka, orangtuanya meninggalkan sang Perawan di Bait Allah, untuk dibesarkan di sana, lalu pulang.

Ay 2: Mzm 120 s/d 134

Mengejar Tujuan Dengan Luwes

Ada strategi tertentu di dalam upaya mencapai tujuan, yang mengajak kita untuk mengikuti arus. Strategi pencapaian sasaran itu mengajarkan kepada kita keluwesan hati dan kerelaan fisik. Dalam hal ini ada hikmat yang diajarkan kisah Sufi tentang sungai yang bertemu dengan padang gurun. Sungai itu sangat kuat dan sejauh yang diingatnya, ia mengalir terus. Ia telah melalui gunung-gunung dan dataran, melewati es juga. Lalu pada suatu hari ia sampai di padang gurun.
Pada mulanya ia mencoba melintasi padang gurun itu dan menggelontorkan airnya sekuat mungkin ke pasir. Tetapi air itu selalu habis diserap pasir. Gentarlah sungai itu. Jelas sekali bahwa cara kerjanya yang lama, yang biasa digunakannya, tidak bisa jalan di sini. Ia tidak tahu bagaimana caranya melintasi padang pasir.
Akhirnya sungai itu meminta nasihat dari angin.
“Kamu harus santai, biarkan aku mengangkatmu,” kata angin menjelaskan. “Jika kamu mau membiarkan dirimu menjadi uap air, dengan senang hati aku akan menerbangkan kamu, melintasi seluruh padang gurun itu dalam waktu singkat. Lalu kamu menjadi awan hujan, lalu jatuh dari langit dalam rupa jutaan titik air hujan, dan menjadi sebuah sungai lagi.”
Si sungai terguncang. “Uap air?” teriaknya. “Apa itu uap air? Dan apa pula awan hujan? Titik air hujan? Aku tak bisa menjadi hal-hal itu. Aku sebuah sungai!”
Angin berusaha memberi penjelasan. “Tapi kamu adalah banyak hal. Memang kamu sebatang sungai, tetapi juga sebuah sungai dan awan uap air dan juga titik air hujan, walaupun berbeda, semua itu adalah bentuk atau rupa yang lain dari sesuatu yang sama. Katakanlah itu hakikatmu, dan aku yakin kamu tak akan lupa tentang hakikat itu.”
“Tapi aku sebuah sungai,” kata sungai itu dengan keras kepala, “bagaimana mungkin aku bisa menjadi hal-hal yang lain itu?”
“Oh, sungguh itu. Yah. Percayalah padaku,” jawab angin itu. “Cobalah untuk percaya kepadaku, nanti akan kutunjukkan kepadamu. Kamu dapat menjadi banyak hal, menjadi berbagai hal, tanpa kehilangan hakikatmu, temanku.”
Sungai yang takut dan tidak yakin itu merenung cukup lama, tetapi ia akhirnya memutuskan bahwa tak ada pilihan yang lebih baik.
“Kupikir aku sudah siap sekarang,” akhirnya ia berbisik kepada angin.
Sang angin kemudian mengangkat sungai itu dengan penuh kasih, mula-mula membelainya agar menjadi bentuk kabut uap air yang jauh lebih ringan, dan kemudian dengan lembut ia membawanya ke seberang padang gurun. Sungai itu menjadi santai. Dan kemudian sang angin menurunkannya sejauh mungkin di seberang sana, dan kemudian sungai itu melanjutkan perjalanannya lagi.
Sungai yang berkembang menjadi lebih bijaksana dari sebelumnya, kini mengalir maju dengan suatu hati yang baru, hati yang terbuka kepada berbagai kemungkinan yang jauh lebih besar.
Belajar dari keadaan serupa yang dihadapi sungai, kita tahu bahwa keluwesan, kepasrahan dan keterbukaan dapat membawa kita jauh lebih efektif ke arah tujuan.

ADA BAIKNYA BERTEMAN DENGAN KETIDAKPASTIAN.... SUPAYA KITA JADI PEKA TERHADAP SEMUA KEMUNGKINAN.
Rachel Naomi Remen

Senin, 12 Juli 2010

Tentang Santa Anna, Proto-Injil St Yakobus Bab 6, 7, 8

PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Diterjemahkan secara longgar, artinya tidak harfiah
oleh: Bambang Kuss

Bab 6
1 Dan anak itu bertambah kuat setiap hari, maka ketika umurnya sembilan bulan, ibunya menurunkannya ke tanah untuk melihat apakah ia bisa berdiri; anak itu berjalan sembilan langkah, kemudian kembali lagi ke pangkuan ibunya.
2. Ibunya mengangkatnya dan berkata, “Demi Tuhan Allahku yang hidup, kamu tak boleh lagi berjalan di atas bumi sampai kubawa kamu ke Bait Allah.”
3. Maka Hana membuatkan untuk anaknya itu suatu kamar sebagai tempat yang kudus, sehingga tidak tersentuh oleh sesuatu yang diharamkan dan apa yang najis tidak datang padanya, namun ia mengundang datang puteri-puteri Israel yang masih suci, tapi mereka menyisihkan anak itu.
4. Ketika umur anak itu genap satu tahun, Yoakim membuat pesta besar, dan ia mengundang para imam, ahli-kitab, para penatua dan segenap orang Israel.
5. Dan Yoakim menyampaikan persembahan korban untuk anak itu, dan mereka memberkati anak itu dengan berkata, “Allah para bapa leluhur kita memberkati gadis ini, dan memberikan nama yang masyhur kepadanya untuk segala angkatan.” Semua yang hadir menjawab, “Amin”.
6. Lalu untuk kali yang kedua, Yoakim menyerahkan anak itu kepada para imam, dan mereka memberkati anak itu dambil berkata, “Ya Allah yang mahatinggi, pandanglah anak ini, dan karuniakanlah kepadanya berkat yang kekal.”
7. Ibunya lalu mengambil anak itu, dan menyusui anak itu, sambil menyanyikan kidung berikut kepada Tuhan.
8. “Aku akan menyanyikan lagu baru kepada Tuhan Allahku, sebab Ia telah melawat aku; Ia telah membebaskan aku dari musuh-musuh yang menghinaku, dan memberikan kepadaku keadilan-Nya, sehingga boleh diberitakan kepada anak-anak Ruben, bahwa Hana telah menyusui anaknya.”
9. Kemudian ia membaringkan anak itu tidur di kamar yang telah ditahirkan, lalu ia keluar lagi untuk melayani tamu-tamu.
10. Dan ketika perjamuan pesta usai, mereka pulang dengan sukacita sambil memuji Allah.


Bab 7
1. Anak itu bertumbuh menjadi besar, dan ketika umurnya dua tahun, Yoakim berkata kepada Hana, “Mari kita membawanya ke Bait Allah, supaya kita melunaskan janji kita, yang telah kita ucapkan kepada Tuhan Allah, supaya Ia tidak memurkai kita dan tidak berkenan kepada persembahan kita.”
2. Namun Hana berkata, “Biarlah kita tunggu hingga tahun ketiga, supaya ia mengenal ayahnya.” Yoakim menjawab, “Kalau begitu baiklah kita menunggu.”
3. Dan ketika umur anak itu tiga tahun, Yoakim berkata, “Marilah kita mengajak gadis-gadis Ibrani yang masih suci, dan biarlah masing-masing dari mereka membawa pelita, dan biarlah mereka menyalakan pelita itu, supaya anak ini tidak berpaling untuk pulang, dan tidak bosan pada Bait Allah.”
4. Hal itu mereka lakukan, sampai mereka naik ke Bait Allah. Dan imam besar menerima anak itu, dan memberkati anak itu sambil berkata, “Maria, Tuhan Allah telah memuliakan namamu kepada semua angkatan, dan hingga akhir zaman Tuhan akan memberikan keselamatan kepada anak-anak Israel.”
5. Imam besar menurunkan Maria pada undakan ketiga dari altar, dan Tuhan memberkatinya, dan Maria menari dengan kakinya, dan seluruh Israel mengasihi dia.

Bab 8
1. Orangtuanya pulang dengan takjub dan memuji Allah, sebab anak itu tidak rewel berbalik kepada mereka.

Sabtu, 10 Juli 2010

Excerpts on Love and the Good Samaritans

The parable of the Good Samaritan (cf. Lk 10:25-37) offers … important clarifications. Until that time, the concept of “neighbour” was understood as referring essentially to one's countrymen and to foreigners who had settled in the land of Israel; in other words, to the closely-knit community of a single country or people. This limit is now abolished. Anyone who needs me, and whom I can help, is my neighbour. The concept of “neighbour” is now universalized, yet it remains concrete. Despite being extended to all mankind, it is not reduced to a generic, abstract and undemanding expression of love, but calls for my own practical commitment here and now. The Church has the duty to interpret ever anew this relationship between near and far with regard to the actual daily life of her members. [Pope Benedict XVI, Deus Caritas Est art. 15]

“If anyone says, ‘I love God,' and hates his brother, he is a liar; for he who does not love his brother whom he has seen, cannot love God whom he has not seen” (1 Jn 4:20).

For the Church, charity is not a kind of welfare activity which could equally well be left to others, but is a part of her nature, an indispensable expression of her very being.
The Church is God's family in the world. In this family no one ought to go without the necessities of life. Yet at the same time caritas-agape extends beyond the frontiers of the Church. The parable of the Good Samaritan remains as a standard which imposes universal love towards the needy whom we encounter “by chance” (cf. Lk 10:31), whoever they may be. Without in any way detracting from this commandment of universal love, the Church also has a specific responsibility: within the ecclesial family no member should suffer through being in need. The teaching of the Letter to the Galatians is emphatic: “So then, as we have opportunity, let us do good to all, and especially to those who are of the household of faith” (6:10). [Pope Benedict XVI, Deus Caritas Est art. 25]

This gives rise to the duty of believers to unite their efforts with those of all men and women of good will, with the followers of other religions and with non-believers, so that this world of ours may effectively correspond to the divine plan: living as a family under the Creator's watchful eye. A particular manifestation of charity and a guiding criterion for fraternal cooperation between believers and non-believers is undoubtedly the principle of subsidiarity, an expression of inalienable human freedom. [Pope Benedict XVI, Caritas In Veritate, art 57).

Evolving societies must remain faithful to all that is truly human in their traditions, avoiding the temptation to overlay them automatically with the mechanisms of a globalization of technological civilization. In all cultures there are examples of ethical convergence, some isolated, some interrelated, as an expression of the one human nature, willed by the Creator; the tradition of ethical wisdom knows this as the natural law. This universal moral law provides a sound basis for all cultural, religious and political dialogue, and it ensures that the multi-faceted pluralism of cultural diversity does not detach itself from the common quest for truth, goodness and God. Thus adherence to the law etched on human hearts is the precondition for all constructive social cooperation. Every culture has burdens from which it must be freed and shadows from which it must emerge. The Christian faith, by becoming incarnate in cultures and at the same time transcending them, can help them grow in universal brotherhood and solidarity, for the advancement of global and community development. [Pope Benedict XVI, Caritas In Veritate, art 59).

Novena Santa Anna

St Anna terutama dipandang sebagai pelindung ibu-ibu, penghibur bagi mereka yang sedih, bunda bagi yang menderita, kesehatan bagi yang sakit, pelindung mereka yang tak punya anak, pertolongan bagi yang sedang mengandung, teladan wanita menikah dan para ibu, serta pelindung para janda, pelindung para bidan dan wanita yang melahirkan.
Santa Anna juga Pelindung Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI).

St Anna diperingati setiap tanggal 26 Juli, bersama dengan suaminya, St Yoakim; mereka adalah orangtua St Perawan Maria, Bunda Yesus.

Sembilan hari menjelang peringatannya itu, para ibu biasanya mengadakan novena St Anna, untuk meminta pertolongan darinya.

Berikut adalah doa Novena kepada St Anna, yang didaras sembilan hari berturut-turut:

St Anna yang mulia,
Engkau Ibu yang sungguh menyayangi orang yang berseru kepadamu, dan penuh kasih kepada orang yang menderita.
Dengan menanggung beban berat segala kesulitan, kami bersimpuh di kakimu. Dengan rendah hati kami memohon kepadamu, ya Ibu, sudilah secara khusus memerhatikan maksud tujuan kami, yang kami serahkan kepadamu.

Tolonglah sampaikan segala permohonan kami kepada puterimu, Santa Perawan Maria, agar ia meletakkannya di hadapan tahta Puteranya, Yesus, agar Yesus mengubahnya jadi warta gembira bagi kami.
Permohonan kami adalah ......[uraikan keinginan Anda]....
Semoga Ibu senantiasa menjadi pengantara kami, hingga permohonan kami dikabulkan. Namun terutama, usahakan bagi kami rahmat karunia, agar suatu hari nanti, kami boleh memandang Tuhan dari muka ke muka, bersama denganmu, Ibu, bersama Santa Perawan Maria, dan semua orang kudus, untuk memuji dan memuliakan Dia selama-lamanya. Amin.

Bapa kami.....
Salam Maria....

Ya Yesus, Santa Maria dan Santa Anna, tolonglah kami sekarang dan pada waktu kami mati.

Santa Anna yang baik, doakanlah kami.

Kamis, 08 Juli 2010

Kasih dalam Kebenaran (15)

(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

15. Dua dokumen berikutnya dari Paulus VI tidak mempunyai kaitan langsung dengan ajaran sosial, yaitu Ensiklik Humanae Vitae (25 Juli 1968 [tentang martabat manusia dan program Keluarga Berencana. Pnjmh]) dan Seruan Apostolik Evangelii Nuntuiandi (8 Desember 1975 [tentang Pewartaan Injil. Pnjmh]) – adalah sangat penting karena menekankan makna perkembangan yang sepenuhnya manusiawi yang disarankan Gereja. Karena itu ada manfaatnya meninjau keduanya sehubungan dengan Populorum Progressio.
Ensiklik Humanae Vitae menekankan makna seksualitas yang menyatukan dan terbuka bagi keturunan, dan dengan demikian meletakkan sebagai dasar masyarakat perkawinan pria dan wanita yang menerima satu sama lain baik perbedaan-perbedaan maupun saling melengkapi; dan demikian pasangan yang terbuka bagi kehidupan (Bdk. Paulus VI, Humanae Vitae no 8-9; Benediktus XVI, Amanat Pada Peserta Kongres Internasional memperingati 40 tahun Humanae Vitae, 10 Mei 2008). Jadi, ini bukan masalah moralitas yang semata-mata individual: Humanae Vitae menunjukkan hubungan yang kuat antara etika kehidupan dan etika sosial, mengantar kepada suatu masa baru ajaran magisterium yang berangsur-angsur dituangkan dalam rangkaian dokumen, terutama baru-baru ini Ensiklik Yohanes Paulus II Evangelium Vitae (lih. Evangelium Vitae [EV]93). Gereja dengan sepenuh daya memelihara hubungan di antara etika hidup dan etika sosial, dengan menyadari sepenuhnya bahwa “masyarakat tidak punya dasar yang kuat jika di satu pihak mengakui nilai-nilai martabat pribadi, keadilan dan perdamaian, namun di pihak lain bertindak secara radikal bertentangan dengan membolehkan dan membiarkan berbagai ragam cara di mana hidup manusia tidak dihargai dan dilanggar, khususnya mereka yang lemah dan terpinggirkan (EV 101).
Seruan Apostolik Evangelii Nuntiandi (EN) pada gilirannya sangat erat terkait dengan perkembangan, sesuai dengan kata-kata Paulus VI “pewartaan Injil tidak lengkap jika tidak memperhitungkan hubungan terus menerus antara Injil dan kehidupan yang konkret baik pribadi maupun sosial” (EN 29). “Antara pewartaan Injil dan kemajuan manusia – perkembanan dan pembebasan – terdapat kaitan yang mendalam” (EN 31): atas dasar ini, Paulus VI dengan jelas mengemukakan hubungan di antara pewartaan Kristus dan kemajuan perorangan dalam masyarakat. Kesaksian akan kasih Kritus melalui karya-karya di bidang keadilan, perdamaian dan perkembangan, merupakan bagian dan kemasan pewartaan Injil, karena Yesus Kristus yang mengasihi kita memperhatian pribadi manusia secara keseluruhan. Ajaran yang sangat penting ini memmbentuk dasar aspek misioner (Yohanes Paulus II, Sollicitudo Rei Socialis, 41) dari ajaran sosial Gereja, di mana aspek misioner itu merupakan elemen pokok dari pewartaan Injil (Idem; lihat juga Yohanes Paulus II, Centessimus Annus, 5 dan 54). Ajaran sosial Gereja menyatakan dan mengandung kesaksian iman. Ajaran sosial Gereja adalah alat dan tempat pembinaan iman yang tak doleh dilupakan.

Teks Latin:
15. Duo alia Pauli VI documenta cum sociali doctrina coniunguntur, videlicet Litterae encyclicae Humanae vitae, die XXV mensis Iulii anno MCMLXVIII datae, atque Adhortatio apostolica Evangelii nuntiandi, die VIII mensis Decembris anno MCMLXXV evulgata, quae magni momenti sunt, ut progressionis prorsus humana significatio describatur, quam Ecclesia proponit. Quocirca aequum est scripta haec quoque legere cum Litteris encyclicis Populorum progressio conferenda.
Litterae encyclicae Humanae vitae coniunctivam genetivamque sexualitatis naturam extollunt, quae sicut societatis fundamentum locant coniuges, virum et feminam, dum se mutuo distinguentes itemque complentes suscipiunt. De coniugibus ideo agitur vitae studentibus [Cfr nn. 8-9: AAS 60 (1968), 485-487; Benedictus XVI, Sermo ad participes Congressus Internationalis, XL anniversario interveniente Litt. enc. « Humanae vitae » (10 Maii 2008): Insegnamenti IV, 1 (2008), 753-756.]. Haud de re morali solummodo singulorum sermo fit: Litterae encyclicae « Humanae vitae » solida vincula designant, quae inter vitae ethicam et ethicam socialem intercedunt, magistrale quoddam insinuantes argumentum, quod gradatim variis in documentis auctum est, novissime in Ioannis Pauli II Litteris encyclicis Evangelium vitae [Cfr Litt. enc. Evangelium vitae (25 Martii 1995), 93: AAS 87 (1995), 507-508.]. Firmiter hanc vitae ethicae cum ethica sociali coniunctionem exhibet Ecclesia, sibi prorsus conscia: « Nec firma habere potest fundamenta illa societas quae – dum bona asserit qualia sunt personarum dignitas, iustitia et pax – sibi obloquitur radicitus, cum diversissimas quidem recipiat perferatque rationes humanam neglegendi ac violandi vitam, praesertim infirmam et segregem » [Ibid., 101: l.m., 516-518.].
Adhortatio apostolica Evangelii nuntiandi, sua fungens vice, artissime cum progressione coniungitur. Eo quod « evangelizatio – scripsit Paulus VI – plena non est, nisi ratio habetur mutuae appellationis, quae continenter intercedit inter Evangelium et vitam concretam, personalem ac socialem hominis » [N. 29: AAS 68 (1976), 25.]. « Revera inter evangelizationem et promotionem humanam, seu progressionem et liberationem, interveniunt intima vincula coniunctionis » [Ibid., 31: l.m., 26.]: hac ductus conscientia, Paulus VI vinculum Christi nuntii cum personae in societate provectione aperte ostendit. Christi caritatis testificatio per iustitiae, pacis progressionisque opera pars quidem est evangelizationis, quandoquidem Iesu Christo, qui nos diligit, cordi est totus homo. Praestanti hac in doctrina disciplinae socialis Ecclesiae facies missionaria [Cfr Ioannes Paulus II, Litt. enc. Sollicitudo rei socialis, 41: l.m., 570-572.] tamquam essentialis pars evangelizationis nititur [Cfr ibid.; Id., Litt. enc. Centesimus annus, 5.54: l.m., 799. 859-860.]. Ecclesiae doctrina socialis nuntiatio est et fidei testificatio. Ad eandem consequendam institutionis instrumentum locusque est necessarius.

Tentang St Anna, Injil Kelahiran Maria Bab 3

Injil Kelahiran Maria
Diterjemahkan secara longgar, artinya tidak harfiah
Oleh : Bambang Kuss

BAB III
1 Kemudian malaikat menampakkan diri pada Hana isterinya, dan berkata: “Jangan takut, dan jangan mengira bahwa yang kamu lihat ini hantu .
2 Sebab aku adalah malaikat yang menyampaikan doa-doa dan dermamu di hadapan Tuhan, dan sekarang aku diutus untuk memberitahukan kepadamu, bahwa kamu akan melahirkan seorang anak perempuan, yang akan kamu namai Maria, dan ia akan diberkati dari antara semua wanita .
3 Dari sejak lahirnya ia akan penuh dengan rahmat Tuhan, dan akan terus tinggal selama tiga tahun di rumah bapanya, dan sesudahnya akan dibaktikan untuk melayani Tuhan, Ia tidak akan meninggalkan Bait Allah sebelum tiba waktu yang ditentukan baginya.
4 Pendeknya dia akan berada di sana melayani Tuhan siang dan malam dengan puasa dan doa , dan akan berpantang dari semua yang diharamkan, dan tak akan mengenal laki-laki.
5 Namun tanpa ada duanya, tanpa pembenihan, dan sebagai seorang perawan yang tidak mengenal laki-laki satupun, dia akan mengandung seorang putera, dan akan melahirkan Tuhan, yang dengan rahmat dan nama dan pekerjaanNya, akan menjadi penyelamat dunia.
6 Maka bangunlah dan pergilah ke Yerusalem dan pergilah ke Gerbang Emas (yang disebut demikian karena disepuh dan dilapisi dengan emas). Dan sebagai tanda atas semua perkataanku, kamu akan menjumpai suamimu yang kamu cemaskan keselamatannya.
7 Maka ketika kamu dapatkan semuanya ini terjadi, percayalah bahwa selebihnya yang telah kukatakan kepadamu, juga pasti akan terlaksana juga.”
8. Maka sesuai dengan perkataan malaikat itu, mereka berdua pergi meninggalkan tempat masing-masing dan di tempat yang telah ditunjukkan malaikat, mereka saling berjumpa.
9 Maka dengan bersuka cita atas penampakan masing-masing, dan merasa dipuaskan oleh janji akan seorang anak, mereka mengucap syukur kepada Allah, yang telah meninggikan yang hina dina.
10 Sesudah memuji Tuhan mereka pulang dan hidup dengan sukacita dengan harapan yang pasti akan janji Allah.
11. Maka Hana mengandung dan melahirkan seorang anak perempuan dan sesuai dengan perkataan malaikat, mereka menamai anak itu Maria.

Kita Diutus Untuk Mewartakan Kasih dan Damai Kristus

Dari Altar Ekaristi Kepada Perjumpaan Sehari-hari dengan Dunia
Menanggapi pesan Injil hari ini, kuusulkan kutipan dari Seruan Apostolik Paus Benediktus XVI Sacramentum Caritatis, 2007, untuk renungan:

Yang dibutuhkan dunia adalah kasih Allah; dunia membutuhkan perjumpaan dengan Kristus dan percaya kepadaNya. Maka Ekaristi yang adalah sumber dan puncak hidup Gereja, juga merupakan sumber dan puncak misinya: “suatu Gereja yang sungguh-sungguh ekaristis adalah Gereja yang misioner” (Proposisi 42, Sidang Umum Biasa ke-11, Sinode Para Uskup, Roma, 2005). Kita harus dapat mewartakan kepada saudara dan saudari kita dengan yakin: “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami” (1 Yoh 1:3) [Sacramentum Caritatis 84]

Semakin besar cinta pada Ekaristi di hati umat Kristen, semakin jelas pengertian mereka akan tujuan seluruh perutusan: menyampaikan Kristus kepada sesama. Bukan suatu teori atau cara hidup yang dijiwai oleh Kristus, namun sungguh-sungguh pribadi-Nya sebagai karunia. Siapapun yang belum berbagi kebenaran kasih ini kepada saudara atau saudarinya belum cukup memberi (Sacramentum Caritatis 86).

Misteri Ekaristi dengan demikian menyembulkan pelayanan kasih kepada sesama, yang “meliputi fakta, bahwa aku, dalam Tuhan dan dengan Tuhan, mengasihi orang yang tidak kusukai atau bahkan yang tidak kukenal. Ini hanya bisa terjadi berdasarkan perjumpaan yang mesra dengan Tuhan, suatu perjumpaan yang menjadi kesatuan kehendak, yang mempengaruhi perasaan-perasaanku. Maka aku belajar memandang orang lain bukan dengan mataku dan perasaanku sendiri, melainkan dari cara Yesus Kristus memandang” (Ensiklik Deus Caritas Est 18). Pada semua orang yang kujumpai, aku menemukan saudara dan saudari yang kepadanya Tuhan telah menyerahkan hidupNya, mengasihi mereka “sampai sehabis-habisnya” (Yoh 13:1). Komunitas kita sewaktu merayakan Ekaristi harus menjadi semakin sadar bahwa korban Kristus adalah untuk semua orang, dan bahwa dengan demikian Ekaristi menuntut kaum beriman agar menjadi “roti yang dipecah-pecahkan” bagi sesama, dan bekerja membangun suatu dunia yang lebih adil dan semakin bersaudara (Sacramentum Caritatis 88).

Rabu, 07 Juli 2010

Tentang St Anna, Proto-Injil St Yakobus Bab 4

PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Diterjemahkan secara longgar, artinya tidak harfiah
oleh: Bambang Kuss

Bab 4
1. Kemudian seorang malaikat Tuhan berdiri di sampingnya dan berkata, “Hana, Hana, Tuhan telah mendengarkan doamu; kamu akan mengandung dan melahirkan; dan anakmu itu akan menjadi buah bibir di seluruh dunia.” 2. Dan Hana menjawab, “Demi Tuhan Allahku yang hidup, maka anak yang kulahirkan, entah laki-laki, entah perempuan, akan kubaktikan kepada Tuhan Allahku, dan anak itu akan melayaniNya dalam hal-hal yang kudus sepanjang hidupnya.” 3. Kemudian tampak dua malaikat, yang berkata kepadanya: “Suamimu, Yoakhim, akan pulang bersama para gembalanya,” 4. Sebab seorang malaikat juga sudah menemuinya dan berkata, “Tuhan Allah telah mendengarkan doamu, bergegaslah dan pulanglah, sebab Hana isterimu akan mengandung.” 5. Yoakhim pergi dan memanggil para gembalanya, dan berkata: “Ambillah untukku sepuluh anak-domba betina yang putih dan tak bercacat, dan mereka akan kupersembahkan kepada Tuhan Allahku; 6. Dan bawa padaku dua belas anak lembu yang tak bercatat, dan keduabelas anak-lembu itu akan diserahkan untuk para imam dan para penatua. 7. Bawa pula untukku seratus kambing, dan semuanya akan kueserahkan untuk segenap umat.” 8. Dan Yoakhim pulang bersama dengan para gembalanya, dan Hana yang berdiri menanti di dekat gapura melihat Yoakhim mendatangi bersama para gembalanya. 8. Ia berlari mendapatkan suaminya dan merangkul lehernya, katanya: “Kini aku tahu, Tuhan sungguh murah hati memberikan berkat karunia padaku; 10. sebab lihatlah, aku yang seorang janda kini bukan janda lagi, dan aku yang mandul kini akan mengandung.”

We Are Sent to Proclaim Love and Peace of Christ

From Eucharistic Altar to Daily Encounters with The World
Corresponds to the message of the Gospel today, I propose the following excerpts from Pope Benedict XVI Apostolic Adhortation Sacramentum Caritatis, 2007, for meditation:

What the world needs is God's love; it needs to encounter Christ and to believe in him. The Eucharist is thus the source and summit not only of the Church's life, but also of her mission: "an authentically eucharistic Church is a missionary Church." (Propositio 42 The Eleventh Ordinary General Assembly of the Synod of Bishops, Roma, 2-23 October 2005). We too must be able to tell our brothers and sisters with conviction: "That which we have seen and heard we proclaim also to you, so that you may have fellowship with us" (1 Jn 1:3). (Sacramentum Caritatis 84)

The more ardent the love for the Eucharist in the hearts of the Christian people, the more clearly will they recognize the goal of all mission: to bring Christ to others. Not just a theory or a way of life inspired by Christ, but the gift of his very person. Anyone who has not shared the truth of love with his brothers and sisters has not yet given enough. (Sacramentum Caritatis 86)

The eucharistic mystery thus gives rise to a service of charity towards neighbour, which "consists in the very fact that, in God and with God, I love even the person whom I do not like or even know. This can only take place on the basis of an intimate encounter with God, an encounter which has become a communion of will, affecting even my feelings. Then I learn to look on this other person not simply with my eyes and my feelings, but from the perspective of Jesus Christ." (Benedict XVI, Encyclical Letter Deus Caritas Est, 18). In all those I meet, I recognize brothers or sisters for whom the Lord gave his life, loving them "to the end" (Jn 13:1). Our communities, when they celebrate the Eucharist, must become ever more conscious that the sacrifice of Christ is for all, and that the Eucharist thus compels all who believe in him to become "bread that is broken" for others, and to work for the building of a more just and fraternal world. (Sacramentum Caritatis 88).

Tentang St Anna, Proto-Injil St Yakobus, Bab 3

PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Diterjemahkan secara longgar, artinya tidak harfiah
oleh: Bambang Kuss

Bab 3
1. Dan ketika ia menengadah dilihatnya sebuah sarang burung pipit di antara daun-daun salam. 2. Ia mengeluh di dalam hati, katanya, “Wahai diriku, siapa yang memperanakkan aku? rahim siapakah yang melahirkan aku, sehingga aku menanggung aib ini di hadapan anak-anak Israel, sehingga mereka menghinakan dan mencemooh aku di rumah Tuhanku? Wahai diriku, dengan apa aku ini bisa dibandingkan? 3. Tak dapat aku dibandingkan dengan hewan-hewan yang paling ganas di bumi, sebab bahkan hewan bumi yang paling ganas pun punya keturunan di hadapanMu, ya Tuhan! Wahai diriku, dengan apa aku bisa dibandingkan? 4. Tak dapat aku dibandingkan dengan hewan-hewan rendah di bumi, sebab bahkan hewan bumi yang rendah pun punya keturunan di hadapanMu, ya Tuhan! Wahai diriku, dengan apa aku bisa dibandingkan? 5. Tak dapat aku dibandingkan dengan semua air ini, sebab segala air berbuah di hadapanMu, ya Tuhan! Wahai diriku, dengan apa aku bisa dibandingkan? 6. Tak dapat aku dibandingkan dengan ombak di laut, sebab ombak, entah tenang, entah bergerak, punya ikan-ikan di dalamnya, dan memuliakan Engkau, ya Tuhan! Wahai diriku, dengan apa aku bisa dibandingkan? 7. Tak dapat aku dibandingkan dengan bumi, sebab bumi menghasilkan buahnya dan memuji Dikau, ya Tuhan!”

Selasa, 06 Juli 2010

Tentang St Anna, Proto-Injil St Yakobus Bab 2

PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Diterjemahkan secara longgar, artinya tidak harfiah
oleh: Bambang Kuss

Bab 2
1. Sementara itu Hana (*) , isterinya sangat sedih dan bingung karena dua sebab, dan berkata pada dirinya sendiri, “Aku akan meratapi baik keadaanku yang menjanda ditinggal suamiku maupun kemandulanku.” 2. Dan menjelang suatu hari raya Tuhan, Yudit, hambanya, berkata: “Sampai berapa lama engkau akan menyiksa jiwamu? Hari raya Tuhan sudah mendekat, tidak baik bagi seseorang untuk berdukacita. 3. Karena itu kenakanlah pakaian terbaik, yang diberikan oleh orang yang membuatnya bagimu, sebab tidak cocok jika aku, seorang hamba, memakainya, tetapi pakaian itu sangat cocok bagimu yang lebih mulia.” 4. Tapi Hana menjawab, “Pergilah dariku, aku tidak pantas untuk pakaian seperti itu, selain itu Tuhan sungguh membuatku hina, 4. aku takut orang keliru memberikan ini padamu dan kamu datang menambah parah keadaan dosaku”. 6. Lalu Yudit hambanya itu menjawab, “Kejahatan apa lagi yang kutimpakan padamu jika engkau tidak mendengarkan aku? 7. Aku tak ingin menambah besar kutuk yang engkau sandang, bahwa Allah menutup rahimmu, sehingga engkau tidak bisa menjadi seorang ibu di Israel.” 8. Atas perkataan itu Hana bertambah semakin sedih, dan setelah mengenakan gaun perkawinannya, pada pukul tiga sore ia berjalan-jalan di kebunnya, 9. dan ia melihat sebatang pohon salam, lalu ia duduk di bawah pohon itu, dan berdoa kepada Tuhan, katanya: 10. “Ya Allah para leluhurku, turunkanlah berkatMu kepadaku dan dengarkanlah doaku, seperti Engkau telah mendatangkan berkat pada rahim Sara, dan memberikan kepadanya seorang putera, Ishak.”(**)


(*) Hana(h) adalah nama Ibrani. Nama ini ditransliterasikan ke dalam berbagai bahasa lain menjadi Ann, Anna, atau Anne. Dalam transliterasi nama Ibrani itu, Kitab Suci Indonesia menggunakan Hana (Mis Hana isteri Tobit, ibu Tobias, Tob 1:9 dan nabiah dalam Luk 2:36-38), sedang bacaan-bacaan di luar Kitab Suci pada umumnya menggunakan Anna.

(**) Kej 21:2

Sabtu, 03 Juli 2010

Kasih Dalam Kebenaran art 13-14

Kasih dalam Kebenaran (13)
(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

13. Selain kaitan pentingnya dengan kelesuruhan ajaran sosial Gereja, Populorum Progressio juga sangat erat berhubungan dengan keseluruhan ajaran Paulus Vi, khususnya dengan ajaran sosialnya. Jelas ajaran Paulus VI adalah ajaran sosial yang sangat penting: ia menegaskan pentingnya ajaran Injil yang tak boleh dilupakan untuk membangun suatu masyarakat berdasarkan kebebasan dan keadilan, dalam suatu perspektif ideal dan historis atas peradaban yang dijiwai oleh kasih. Paulus VI dengan jelas memahami bahwa persoalan sosial sekarang menjadi masalah dunia (Paulus VI, PP, no.3) dan ia menangkap saling hubungan antara dorongan menuju kesatuan umat manusia dan cita-cita Kristen mengenai satu keluarga manusia yang solider dan bersaudara. Dalam hal perkembangan, yang dipahami secara manusiawi dan Kristiani, ia menunjukkan inti pesan sosial Kristen, dan ia mengusulkan cinta-kasih Kristiani sebagai daya utama bagi perkembangan. Tergerak oleh harapan untuk menjadikan kasih Kristus dapat dilihat oleh pria dan wanita sezaman, Paulus VI membicarakan soal-soal etika dengan tegas, tanpa melalaikan kelemahan budaya pada zamannya.

Teks Latin
13. Praeter quam quod cum universa Ecclesiae sociali doctrina nectuntur, eaedem Litterae encyclicae « Populorum progressio » arte cum toto Pauli VI magisterio coniunguntur, nominatimque cum sociali eiusdem magisterio. Sociali quidem doctrina plurimum ipse praestitit: pondus enim Evangelii confirmavit, quod societatis aedificandae gratia secundum libertatem iustitiamque, in quodam prospectu perfecto historicoque alicuius humani cultus qui amore imbuitur, praetermitti non potest. Paulus VI plane intellexit quo pacto socialis quaestio universalis facta esset [Cfr Litt. enc. Populorum progressio, 3: l.m., 258.] ipseque comprehendit quemadmodum coniunctionis impulsus atque christiana perfectio unius familiae populorum, in communi fraternitate solidalis, reciprocarentur. Progressionem secundum humanam christianamque rationem cardinem indicavit praeceptorum socialium christianorum atque christianam caritatem sicut praecipuam vim designavit ad progressum efficiendum. Cum cuperet ut Christi amor liquido huius temporis homini manifestaretur, firmiter magni momenti ethicis quaestionibus occurrit, minime culturalibus suae aetatis obsequens infirmitatibus.

Kasih dalam Kebenaran (14)
(Caritas In Veritate)
Ensiklik Paus Benediktus XVI
Terjemahan oleh Bambang Kuss

14. Dalam Surat Apostolik Octogesima Adveniens di tahun 1971, Paulus VI merenungkan arti politik dan bahaya yang terkandung di dalam pandangan-pandangan utopis dan ideologis yang menempatkan matra manusiawi dan etis dalam kekacauan. Soal-soal ini terjalin erat dengan perkembangan. Sayangnya, ideologi-ideologi negatif itu terus bertumbuh mekar. Paulus VI sudah menyampaikan peringatan [Paulus VI, PP, no 34] yang menentang ideologi teknokrat yang sedemikian marak sekarang, dengan sadar benar akan bahaya besar jika kita memercayakan keseluruhan proses pengembangan hanya pada teknologi saja, karena dengan demikian lalu akan kehilangan arah. Teknologi pada dirinya sendiri bersifat ganda. Jika di satu pihak dewasa ini ada yang condong untuk memercayakan proses perkembangan kepada teknologi, di pihak lain kita menjadi saksi atas munculnya ideologi-ideologi yang secara total menentang nilai perkembangan yang dianggap pada akarnya melawan kemanusiaan dan hanya menjadi sumber kemerosotan. Ini mengarah kepada suatu penolakan, bukan hanya atas cara yang menyimpang dan tidak adil melalui mana kemajuan kadang-kadang diarahkan, namun juga atas berbagai penemuan ilmiah yang jika diterapkan dengan baik sebenarnya dapat menjadi kesempatan perkembangan bagi siapa saja. Gagasan mengenai suatu dunia tanpa perkembangan menunjukkan kurangnya kepercayaan pada manusia dan pada Tuhan. Maka gagasan ini adalah merupakan suatu kekeliruan besar yang memandang rendah kemampuan manusia untuk mengatasi berbagai penyimpangan perkembangan, atau yang menyepelekan fakta bahwa pada dasarnya manusia diarahkan untuk “menjadi lebih”. Namun mencita-citakan kemajuan teknis belaka, atau memikirkan utopia untuk kembali pada suatu situasi kodrat awal manusia, adalah dua wawasam yang saling bertentangan yang sama-sama melepaskan kemajuan dari pertimbangan moral dan karenanya lepas dari tanggungjawab juga.


Teks Latin:
14. Per Litteras apostolicas Octogesima adveniens, anno MCMLXXI evulgatas, Paulus VI quaestionem tractavit rei politicae significationis et periculi, quod utopisticas ideologicasque opinationes secum importabat, quae ipsius ethicam humanamque qualitatem in discrimen ducerent. Argumenta haec sunt, quae cum progressione arte copulantur. Proh dolor malae ideologiae continenter augescunt. A technocratica ideologia, quae hodie maxime viget, ut caveretur Paulus VI iam monuit [Cfr ibid., 34: l.m., 274], cum sibi periculi conscius esset cunctum progressionis processum uni technicae arti committendi, cum hac ratione directio adimeretur. Technica ars per se ipsa ambigua est. Si hodie hinc ad eidem totum progressionis processum committendum inclinatur, illinc oriuntur inspiciunturque ideologiae quae ipsam progressionis utilitatem in universum detrectant, quae, detrimentum tantum allatura, funditus hominem aversari putatur. Sic non modo depravata ratio iniquaque, qua interdum progressum dirigunt homines, verum etiam ipsa scientifica inventa damnantur, quae, recte usurpata, omnibus incrementum capiendi dant facultates. Cuiusdam mundi sine progressione opinatio diffidentiam erga hominem Deumque demonstrat. Quapropter magnus est error humanas facultates progressionis pravitates moderandi spernere aut immo ignorare hominem sua natura ad « maius sui incrementum » esse proclivem. Cum absolute ad ideologicam rationem putatur technicus progressus aut utopia fingitur alicuius humanitatis, quae ad primigeniam naturae condicionem redeat, oppositae duae habentur opinationes, quae progressum a morali iudicio ideoque a nostra responsalitate disiungant.

Tentang Santa Anna, Injil Kelahiran Maria

BAB II
1 Setelah di tempat itu beberapa lama, pada suatu hari ketika ia sendirian, malaikat Allah berdiri di hadapannya dengan cahaya yang menyilaukan.
2 Kepadanya yang terkejut karena penampakan itu, malaikat yang menampakkan diri itu menghibur, katanya:
3 “Jangan takut, Yoakim, jangan terkejut karena melihat aku, sebab aku malaikat yang diutus Allah kepadamu, supaya aku memberitahukan kepadamu, bahwa doamu sudah didengarkan, dan segala dermamu naik ke hadapan Allah
4 Karena Dia telah menyaksikan betapa kamu malu, dan telah mendengarkan hinaan yang tidak adil karena kamu tidak punya anak: sebab Tuhan menghukum dosa, bukan kodrat;
5 Maka ketika Ia menutup rahim seseorang, Ia melakukannya dengan maksud ini, supaya dengan cara yang lebih ajaib Ia membukanya kembali, sehingga yang dilahirkan bukanlah hasil nafsu, tetapi karunia Allah.
6 Bukankah ibu leluhur bangsamu Sara mandul sampai usianya delapan puluh tahun? Sekalipun begitu pada akhirnya ia melahirkan Ishak pada masa tuanya, dan pada anaknya itu ada janji berkat bagi segala bangsa .
7 Rahel juga yang sungguh dikasihi Allah, dan sangat dicintai oleh Yakub yang kudus tetap mandul sampai lama, tetapi sesudahnya ia menjadi ibu Yusuf yang bukan saja menjadi penguasa di Mesir, tetapi juga membebaskan banyak bangsa dari kematian karena lapar
8 Siapa di antara hakim-hakim yang lebih perkasa dari Simson, atau lebih kudus dari Samuel? Namun ibu-ibu mereka sama-sama mandul
9 Jika semua ini tidak meyakinkan kamu akan kebenaran perkataanku, bahwa ada banyak orang mengandung di masa tua, dan bahwa mereka yang mandul kemudian melahirkan sehingga menimbulkan keheranan besar, maka Hana isterimu akan melahirkan bagimu seorang anak perempuan, dan kamu akan menamainya Maria;
10 Dia akan dibaktikan kepada Allah dari masa kecilnya, dan akan penuh dengan Roh Kudus sejak dalam kandungan ibunya .
11 Ia tak akan makan atau minum sesuatu yang haram, dan iapun tidak akan bergaul dengan orang kebanyakan, melainkan berada di dalam bait Allah; itu supaya ia tidak dihinakan atau dicurigakan melakukan apa yang buruk.
12 Maka ketika ia bertumbuh nanti, sebagaimana ia sendiri dilahirkan dengan cara yang ajaib dari seorang yang mandul, maka sewaktu ia masih perawan, dengan cara yang tiada duanya, ia akan melahirkan Putera Allah yang Mahatinggi, yang akan dinamai Yesus, dan sesuai dengan arti namaNya, Ia akan menjadi Penyelamat segala bangsa (Mat 1:21).
13 Dan inilah tandanya bagimu dari semua yang telah kukatakan, yaitu, ketika kamu sampai di Gerbang Emas Yerusalem, kamu akan menjumpai Hana yang sangat cemas karena kamu tidak segera pulang, dan dia akan bersuka cita menjumpai engkau.”
14 Setelah mengatakan semuanya itu, malaikat itupun pergi meninggalkan dia.

Jumat, 02 Juli 2010

Santo Tomas

Bahasa Aram, Tomas berarti “kembar”. Dia adalah salah seorang dari keduabelas murid Yesus yang tercantum dalam daftar para rasul (Mat 10:3; Mrk 3:18; Luk 6:14; Yoh 20:24; di mana ia juga disebut Didimus; Kis 1:13). Tomas diingat karena keraguannya dan sikapnya yang skeptis dan disebutkan dalam empat episode yang rinci dalam Injil Yohanes (Yoh 11:16; 14:5; 20:24-28; 21:2). Dalam episode yang pertama ia berkata bersedia mati bersama dengan Kristus, ketika di jalan menuju Betania ia berkata kepada teman-temannya: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia” (Yoh 11:16). Kemudian, ia berkata kepada Kristus: ''Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?'' Dan Yesus menjawab : ''Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:5-6). Ketiga, ia meragukan omongan teman-temannya sesama rasul yang menyatakan kepadanya bahwa mereka telah bertemu dengan Kristus yang bangkit dan ia ingin diizinkan melihat luka-luka pada tubuhNya yang telah dimuliakan (Yoh 20:25). Dan ketika bertemu dengan Kristus, Tomas berseru, ''Ya Tuhanku dan Allahku!'' (Yoh 20:28), dan Yesus menanggapinya, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh 20:29). Pengakuan Tomas akan keilahian Kristus menandai klimaks teologis Injil Yohanes.
Cerita-cerita dari zaman Kristen awal menyatakan bahwa Tomas pergi ke India dan menjadi martir di sana. Di sana ia dihormati sebagai pendiri jemaat Kristen Malabar, yang juga disebut jemaat Kristen Santo Tomas. Setiap tradisi Barat juga menyatakan bahwa Tomas pergi ke India, dan tradisi lisan tentang Jemaat Kristen Tomas ini kukuh dan sangat kuno.
Santo Tomas diperingati setiap tanggal 3 Juli.

Injil Tomas

Injil Tomas adalah suatu Injil yang tergolong sebagai tulisan apokrif (bukan kitab suci kanonik) yang ditulis dalam bahasa Yunani dan ditemukan di dalam terjemahan versi bahasa Koptik di antara berbagai papirus yang diketemukan di Nag Hammadi di Mesir pada tahun 1945-1946. Versi aslinya yang berbahasa Yunani, mungkin berasal dari abad kedua, tetapi versi terjemahan bahasa Koptik dari sekitar tahun 400. Teks Injil itu hanya berisi 114 kata dan perumpamaan yang dikatakan berasal dari Yesus. Injil Tomas adalah hasil karya aliran Gnostik Kristen dan dianggap penting bagi pelajaran tradisi Gnostik itu saja. Salah satu manuskrip Injil Tomas berbahasa Yunani dicetak oleh Cotelerius dan disimpan dalam Perpustakan Raja Perancis no. 2279.

Berikut ini kuterjemahkan Bab 1 dari Injil Tomas itu, sekedar untuk diketahui saja: (1) Tomas, seorang Israel, menganggap penting agar diketahui para saudara di antara bangsa-bangsa asing, tindakan dan mujizat Kristus di masa kanak-kanakNya, yang dilakukan Tuhan dan Allah kita Yesus Kristus sesudah Ia dilahirkan di Betlehem di negeri kita, yang membuatku kagum; awalnya adalah sebagai berikut|: (2) Ketika kanak-kanak Yesus berumur lima tahun datanglah hujan yang kemudian berhenti. Yesus bermain-main dengan anak-anak lelaki Ibrani lainnya mengikuti aliran air di parit; dan air itu setelah melewati suatu tebing, jatuh di sebuah telaga kecil; (3) Namun air itu serta merta lenyap dan bisa digunakan lagi; Yesus memindahkannya hanya dengan berkata-kata, dan air itu patuh kepadaNya. (4) Lalu Yesus mengambil tanah lempung yang lunak dari tepi parit dan membuatnya jadi dua belas bentuk burung pipit; dan ada beberapa anak laki-laki lain yang bermain-main bersamanya. (5) Namun ada seorang Yahudi melihat apa yang dilakukan Yesus, yaitu membuat bentuk pipit dari tanah pada hari Sabat, segera pergi dan memberitahu Yusuf, ayahNya, dan berkata: (6) Lihatlah, anakmu bermin-main di tepi sungai, mengambil tanah dan menjadikannya dua belas burung pipit, dan melanggar hari Sabat. (7) Lalu Yusuf tiba di tempat Yesus berda, dan ketika ia melihat Yesus, memanggilNya dan berkata, “Mengapa Kaulakukan apa yang dilarang diperbuat pada hari Sabat?” (8). Lalu Yesus bertepuk tangan, memanggil pipit-pipit itu, dan berkata: “Pergilah terbang dan selama kalian hidup ingatlah padaKu”, (9) maka pipit-pipit itu terbang dan bersuara ribut. (10) Orang-orang Yahudi yang melihat hal itu terheran-heran, dan pergi memberitahu para pemimpin mereka tentang mujizat yang mereka saksikan diperbuat oleh Yesus.

Tentang Santa Anna, Proto-Injil Yakobus

PROTO-INJIL SANTO YAKOBUS
Diterjemahkan secara longgar, artinya tidak harfiah
oleh: Bambang Kuss

Bab 1
1. Dalam riwayat kedua-belas suku Israel kita membaca ada seseorang yang bernama Yoakhim, yang sangat kaya, yang menyampaikan persembahan kepada Tuhan Allah dua kali lipat, dengan keyakinan: “persembahanku niscaya menjadi berkat bagi semua orang, dan karenanya aku akan mendapat kerahiman Tuhan Allah demi pengampunan dosa-dosaku”. 2. Namun pada suatu hari raya Tuhan, ketika anak-anak Israel menyampaikan persembahan mereka dan Yoakhim juga hendak menyampaikan persembahannya, Ruben, imam besar, menolak dia, katanya, “Tidak sepantasnya kamu menyampaikan persembahan, mengingat kamu belum punya anak keturunan dalam Israel.” 3. Kata-kata ini membuat Yoakhim sangat sedih, sehingga ia pergi menemui petugas pencatat silsilah kedua belas suku, untuk melihat apakah hanya dirinya saja yang tidak punya keturunan. 4. Dari penyelidikan itu diketahuinya semua orang benar mempunyai benih di Israel: 5. Lalu ia teringat bapa-bangsa Abraham, Bagaimana Tuhan memberi dia anak, yaitu Ishak, pada bagian akhir hidupnya; ingatan itu membuat Yoakhim amat sangat sedih, dan ia tidak mau pulang menemui isterinya; 6. ia pergi ke padang gurun, mendirikan tenda di sana, dan berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, dan berkata pada dirinya sendiri, “Aku tak akan makan atau pun minum, sampai Tuhan Allahku berkenan memandang diriku, dan doaku adalah makananku dan minumanku.”

Tentang Santa Anna, Injil Kelahiran Maria

Injil Kelahiran Maria
Diterjemahkan secara longgar, artinya tidak harfiah
Oleh : Bambang Kuss

Sepatah Kata Pengantar Dari Penerjemah

Injil adalah salah satu ragam sastera di masa Perjanjian Baru. Sebelum dituliskan, injil-injil terlebih dahulu berkembang sebagai tradisi lisan di dalam masyarakat. Di dalam pembukaan Injil yang ditulisnya, Santo Lukas mengatakan: “Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang telah disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.” (Luk 1:1-2). Mungkin Lukas telah melihat ada yang benar dan ada yang salah dalam tulisan-tulisan Injil yang sudah beredar, sehingga ketika hendak menyusun Injilnya, ia mengadakan penyelidikan dengan seksama dari mulanya (bdk Luk 1:3).
Injil Kelahiran Maria termasuk injil-injil yang berangkat dari tradisi, yang diperkirakan berasal dari abad kedua. Karena tidak termasuk dalam kanon (daftar Kitab Suci) Perjanjian Baru, maka Injil Kelahiran Maria termasuk golongan Injil Apokrif. Ini tidak berarti apa yang tertulis di dalamnya keliru semua, melainkan ada yang benar, yang didukung oleh tradisi.


Injil Kelahiran Maria

BAB 1
1 Perawan Maria yang kudus dan mulia, yang terbit dari suku rajawi dan keluarga Daud, dilahirkan di kota Nazaret, dan dididik di Yerusalem, di Bait Allah Tuhan.
2 Nama ayahnya adalah Yoakim dan ibunya Hana. Keluarga ayahnya berasal dari Galilea dan dari kota Nazaret. Keluarga ibunya berasal dari Betlehem.
3. Mereka hidup lurus dan benar di mata Tuhan, saleh dan tanpa cela di hadapan manusia. Sebab mereka membagikan seluruh milik mereka menjadi tiga bagian:
4. Salah satu bagian mereka peruntukkan bagi Bait Allah dan petugas Bait Allah; sebagian yang lain diperuntukkan bagi orang asing dan orang miskin; dan bagian yang ketiga bagi diri mereka dan digunakan untuk keluarga mereka sendiri.
5. Dengan cara itulah mereka hidup selama dua puluh tahun secara murni, berkenan pada Allah, disukai sesama, namun tidak punya keturunan.
6. Namun mereka bernazar, sekiranya Tuhan berkenan memberikan anak, mereka akan membaktikan anak itu kepada Tuhan; karena itu mereka pergi beribadat di Bait Allah pada setiap perayaan. .
7. Demikianlah maka menjelang perayaan cahaya, Yoakim dan teman-temannya yang satu puak pergi ke Yerusalem, dan pada waktu itu yang menjadi imam besar adalah Isakhar.
8. Ketika melihat Yoakim bersama dengan rombongannya membawa persembahan, ia mencemooh Yoakim dan persembahannya, katanya
9 “Mengapa dia yang tidak punya keturunan berani tampil di antara mereka yang punya.” Sambil menambahkan, bahwa persembahannya tidak akan diterima oleh Tuhan, yang menganggapnya tidak layak mempunyai anak; menurut Kitab Suci, celakalah barangsiapa yang tidak mempunyai putera di Israel.
10. Selanjutnya ia berkata, Yoakim seharusnya melepaskan diri dari kutuk dengan mendapatkan anak dulu, baru kemudian datang dengan membawa persembahannya di hadirat Tuhan.
11. Namun Yoakim yang sangat malu karena cemoohan itu, mengundurkan diri ke tempat para gembala, yang menjaga ternak mereka di padang;
12. Ia tidak berani pulang ke rumahnya, sebab setidaknya tetangga-tetangga yang ada bersamanya dan mendengar semua perkataan imam besar, akan menghinanya di depan umum dengan cara yang sama.