Senin, 18 Oktober 2010

Tentang St Lukas, Pengarang Injil

Nama Lukas boleh jadi singkatan dari Lukanus, seperti Annas dari Ananus, Apollos dari Apollinius, Artemas dari Artemidorus, Demas dari Demetrius. Santo Lukas teman Santo Paulus (2 Tim 4:11; Flm 24). Ia seorang Kristen bukan Yahudi (Kol 4:11) yang dalam tradisi Kristen dihormati sebagai pengarang Injil yang ketiga dan lanjutannya, kitab Kisah Para Rasul. Ia mungkin dilahirkan di Antiokhia. Sejarawan Eusebius menyatakan: Loukas de to men genos on ton ap Antiocheias, ten episteuen iatros, ta pleista suggegonos to Paulo, kai rots laipois de ou parergos ton apostolon homilnkos--" Lucas vero domo Antiochenus, arte medicus, qui et cum Paulo diu conjunctissime vixit, et cum reliquis Apostolis studiose versatus est. Hist Eccl 3.4.6). Pernyataan Eusebius bahkan lebih tegas dalam "Quæstiones Evangelicæ", 4, 1, 270: ho de Loukas to men genos apo tes Boomenes Antiocheias en-- “Lukas berdasarkan kelahirannya asli berasal dari Antiokhia” Maka ia sangat mengenal Antiokhia (Kis 11:19-27; 13:1; 14:18-21, 14:25, 15:22, 23, 30, 35; 18:22). Paulus menyebut dia sebagai “tabib Lukas yang kekasih” (Kol 4:14). Pendidikannya sebagai tabib tercermin dalam kitab-kitab Perjanjian Baru yang dianggap karangannya, yang menggunakan kosa-kata ketabiban dan gaya bahasa Yunani yang mahir dan pilihan kata yang sangat bagus, buah dari pendidikan klasik yang biasanya diberikan di sekolah ketabiban.
Ada yang mengira Lukas salah seorang dari ketujuh puluh murid Yesus (lih Luk 10:1-12), tetapi kiranya dugaan itu keliru. Lukas juga bukan teman perjalanan Klopas ke Emaus setelah Kebangkitan (lih Luk 24:13-35). Lukas sangat mengenal Kitab Suci Septuaginta dan berbagai adat Yahudi, mungkin karena ia pernah menjadi calon pengikut agama Yahudi (menurut St Hieronimus), atau sesudah ia menjadi Kristen dan bergaul akrab dengan para rasul dan murid-murid lainnya. Selain bahasa Yunani, Lukas menguasai bahasa Aram di tanah kelahirannya Antiokhia, ibukota Siria. Ia seorang tabib (Kol 4:14).
Paulus mencatat kehadiran Lukas sebagai teman perjalanannya pada tiga kesempatan, dalam Kol 4:14, 2 Tim 4:11 dan Flm 24. Dalam 2 Tim, Paulus menulis bahwa “hanya Lukas saja yang menyertai aku”. Bahwa Lukas bersama dengan Paulus di Makedonia dan di Roma dikuatkan oleh ayat-ayat dalam Kisah Para Rasul di mana dia, sebagai pengarang, mengganti cara menulis dari menggunakan subyek orang ketiga dengan subyek orang pertama jamak, “kami” (Kis 16:10-17; 20:5-21:18; 27:1-18:16).
Berdasarkan perubahan gaya penceritaan kitab Kisah Para Rasul itu disimpulkan bahwa Lukas mula-mula muncul dalam Kisah Para Rasul (16:10 dst) setelah ia berjumpa dengan Paulus di Troas, dan sesudah penglihatan yang dialami Paulus (Kis 16:8-9). Ia ikut menyeberang ke Eropa (di bagian Makedonia) sebagai pewarta Injil, tiba di Neapolis dan melanjutkan perjalanan ke Filipi. "Kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana”. Maka ia berada di Filipi sudah sebagai pewarta Injil. Ia hadir dalam peristiwa pertobatan Lidia dan seisi rumahnya dan menumpang di rumah wanita itu (Kis 16:15). Ia menyaksikan Paulus dan Silas ditangkap, diajukan ke hadapan penguasa Romawi, dituduh mengacau kota, dipukuli dan dimasukkan penjara. Lukas dan Timoteus selamat karena tidak mirip orang Yahudi. Ketika Paulus meninggalkan Filipi, Lukas ditinggal dan melanjutkan karya pewartaan Injil. Di Tesalonika Paulus menerima bantuan uang yang sangat dihargai (Flp 4:15-16) yang tentunya berkat usaha Lukas. Kiranya ia terus berada di Filipi selama Paulus bekerja di Atena dan Korintus, pulang ke Yerusalem dan kembali lagi ke Efesus, dan selama tiga tahun Paulus sibuk di Efesus. Ketika Paulus berkunjung ke Makedonia lagi, ia bertemu dengan Lukas di Filipi dan di sana menulis surat kedua untuk jemaat Korintus.
Hieronimus menduga Lukaslah yang disebut dalam 2 Kor 8:18. Dia juga yang mengantar surat itu ke Korintus. Tak lama kemudian ketika Paulus kembali dari Yunani, Lukas menemani dia dari Flipi ke Troas, dan melakukan pelayaran panjang seperti yang diceritakan dalam Kis 20. Ia pergi ke Yerusalem, hadir ketika terjadi huru-hara, melihat Paulus diserang, mendengarkan Paulus bicara dalam bahasa Ibrani dari undakan di luar benteng Antonia untuk menenangkan massa. Lalu ia menyaksikan orang Yahudi semakin marah, melemparkan jubah mereka, berseru-seru, menebar debu di udara. Ia mungkin tamu tetap bagi Paulus selama di penjara Kaisarea (Kis 23:23-24:27). Pada waktu itu mungkin ia mengetahui situasi kematian Herodes Agrippa I yang tubuhnya dimakan cacing-cacing (skolekobrotos, bdk Kis 12:23), dan ia lebih tahu tentang itu daripada sejarawan Flavius Josephus. Diduga pada masa itulah ia mulai menyusun Injil, juga diperkirakan bahwa Surat Ibrani ditulis pada masa itu dan Lukas punya peranan dalam penulisannya. Ketika Paulus naik banding kepada kaisar, Lukas dan Aristarkhus ikut serta berangkat dari Kaisarea, berlayar menentang badai dari Kreta menuju Malta (Kis 27L1-28:1). Dari sana mereka menuju Roma (Kis 28:15), dan selama dua tahun Paulus dipenjarakan di kota itu (Kis 28:30), Lukas sering mendampinginya, walau tidak terus menerus karena tidak disebut dalam surat Filipi. Ia disebut ketika surat-surat Kolose, Efesus and Filemon ditulis (Kol 4:14; Flm. 24). Hieronimus menduga pada masa inilah Kis ditulis.
Bahwa Lukas menyertai Paulus pada waktu ia dipenjarakan terakhir kalinya di Roma dikatakan dalam 2 Tim 4:7-11. Di tiga tempat lain namanya disebut bersama Markus (Kol 4:14; Flm 24; 2 Tim 4:11), pengarang Injil (bdk. Kol 4:10), dan dari Injilnya jelas Lukas mengenal Injil Markus; dan dalam Kis ia tahu semua detil bebasnya Petrus – apa yang terjadi di rumah ibunda Markus, nama gadis yang membukakan pintu untuk Petrus (Kis 12:1-9). Ia pasti sering bertemu dengan Petrus dan membantunya menyusun Surat Petrus yang pertama dalam bahasa Yunani yang mengandung ciri-ciri Lukas. Sesudah Paulus mati sebagai martir apa yang selanjutnya diketahui tentang Lukas terekam dalam buku kuno Prefatio vel Argumentum Lucæ, dari Julius Africanus, yang lahir sekitar A.D. 165. Dikatakan bahwa Lukas tidak menikah, menulis Injil, berada di Akaya, mati pada usia 74 tahun di Boetia, penuh Roh Kudus.. Epifanius menyatakan bahwa Lukas mengajar di Dalmatia (ada tradisi tentang itu), Gallia (Galatia?), Italia, dan Makedonia. Tidak jelas apakah ia mati sebagai martir. Hieronimus menulis tentang dia (De Vir. 3, 7), "Sepultus est Constantinopoli, ad quam urbem vigesimo Constantii anno, ossa ejus cum reliquiis Andreæ Apostoli translata sunt [de Achaia?]." Sisa-sisa jenasahnya dipindahkan ke Konstantinopel oleh Kaisar Konstantius II pada tahun yang sama dengan pemindahan sisa jenasah Rasul Andreas ke kota itu (dari Akaya?).
Lukas dihormati sebagai orang kudus pelindung para dokter dan pelukis. Ia disebut pelukis dalam Menologion dari Basilius II (tahun 980) dan oleh Nikeforus Kalistus pada abad keempatbelas. Di abad pertengahan Lukas diyakini melukis gambar Santa Perawan Maria yang disimpan di gereja Santa Maria Maggiore, Roma. Para ahli sejarah kebanyakan menduga Lukisan Sang Perawan berasal dari masa yang lebih kemudian (th 847); mungkin suatu tiruan dari lukisan yang disebutkan Teodore Lector dalam abad keenam. Bahwa Lukas seorang pelukis disimpulkan dari gambaran kata-katanya mengenai Kabar Sukacita, Kunjungan Maria pada Elisabet, Kelahiran Yesus, Gembala dan domba yang hilang, yang banyak memberikan inspirasi kepada para pelukis kristen.
Lukas dalam tradisi dilambangkan sebagai seekor sapi jantan, lambang korban liturgis, yang dikaitkan dengan adegan awal Injilnya mengenai imam Zakharia di Bait Allah (Luk 1:5-25), dan dipestakan setiap 18 Oktober.
Tulisan-tulisan Lukas meliputi sekitar seperempat dari Perjanjian Baru. Injil Lukas dan Kisah Para Rasul panjangnya sama dengan ketiga belas surat Paulus, dan Kisah Para Rasul saja sudah lebih panjang daripada ketujuh Surat Katolik dan kitab Wahyu. Pelukis Renan menyatakan bahwa Injil Lukas juga yang paling indah dari segi sastra dari keempat Injil lainnya (Renan, Les Evangiles, 13), sehingga ia disebut seorang pelukis yang menggunakan medium kata-kata, dan gaya bahasa Yunaninya dianggap yang paling unggul dari tulisan-tulisan Perjanjian Baru selain Surat Ibrani. Kosa katanya sangat kaya dan tata-bahasanya tiada cela sama sekali.

Kitab Injil Lukas
Injil Lukas merupakan kitab ketiga dalam Perjanjian Baru dan termasuk salah satu dari ketiga Injil Sinoptik. Injil Lukas ditulis untuk umat Kristen dari bangsa bukan Yahudi dan terkenal karena temanya mengenai universalitas, yang menekankan bahwa Injil adalah untuk segala bangsa, terutama kaum miskin dan para pendosa. Lukas mempersembahkan Injil ini kepada Teofilus, seorang yang baru menjadi Kristen, yang kepadanya juga Lukas mempersembahkan Kisah Para Rasul (Kis 1:1). Lukas mengemukakan tujuannya: “aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.” (Luk 1:1-4)
Injil ini unik dalam dua hal. Pertama injil ini adalah satu-satunya injil yang ditulis oleh seorang yang bukan Yahudi, sementara para penulis Injil yang lain (dan para penulis Perjanjian Baru lainnya) adalah orang Yahudi. Yang kedua, Injil Lukas adalah satu-satunya kitab Perjanjian Baru yang pertama yang terdiri dari dua bagian, di mana bagian yang kedua kemudian dipisahkan menjadi kitab Kisah Para Rasul. Dengan demikian Injil Lukas perlu dikaji dengan kelanjutannya yaitu Kisah Para Rasul, dan jika digabungkan, maka keduanya mendokumen-tasikan kemajuan Injil yang tetap dari Nazaret ke Yerusalem, di mana tugas penyelamatan Yesus mencapai puncaknya dan di mana Gereja didirikan; dan kemudian dari Yerusalem sampai ke Roma.

Lukas sebagai Pengarang Injil Ketiga
Status Lukas sebagai pengarang Injil ketiga dikuatkan oleh tradisi yang diungkapkan oleh Kanon Murata, Tertulianus, St Ireneus dan Origenes (dalam abad kedua M), dan St Hieronimus dan Eusebius dari Kaisarea (dalam abad keempat M). Lukas dianggap penulis Kisah Para rasul berdasarkan gaya penceritaannya (Kis 16:10) dan rujukannya pada Injil (Kis 1:1). Kisah Para Rasul menurut Prolog Anti-Golongan Marcion, ditulis di daerah Akaya, suatu Provinsi Roma di Yunani selatan.
St Ireneus dari Lyon menyatakan bahwa “Lukas, yang menyertai Paulus, menuliskan dalam suatu kitab Injil yang diwartakannya.” Demikian pulalah kesaksian yang disampaikan Origenes; Eusebius, Athanasius, Gregorius Nazianze, dan Hieronimus.
Ciri pribadi Lukas sebagai tabib mewarnai Injilnya di beberapa tempat. Pada tahun 1882 Dr. Hobart menerbitkan sebuah buku, The Medical Language of St. Luke (Dublin, 1882), yang menunjukkan pemakaian bahasa teknis ketabiban yang juga digunakan oleh penulis soal ketabiban Yunani, Hippocrates, Arctæus, Galen, dan Dioscorides, misalnya kata παραλελυμἐνος, atau orang lumpuh Luk 5:18, 24 (Injil-injil yang lain menggunakan kata παραλύτικος); συνεχομένη πυρετῷ μεγαλλῳ atau demam keras Luk 4 :38; ἔστη ἡ ῥύσις τοῦ ἅιματος atau pendarahan 8 :44 (bdk. Mat. 5 :29) ; ἀνεκάθισεν, rasa iba, atau belas kasihan Luk 7 :14. Lukas dengan cermat membedakan pembebasan kerasukan setan dari penyembuhan penyakit, Luk 4:18; 13: 32; ia menyatakan dengan tepat usia anak yang akan meninggal, Luk 8:42; dan lamanya penderitaan yang ditanggung dalam Luk 13:11. Hanya dia saja yang menyebutkan penyembuhan telinga Malkhus. Semua ini merujuk pada sebutan Paulus: “Lukas, tabib yang terkasih”.
Lukas juga menorehkan pemikiran Paulus, yang menunjukkan bahwa Injil ketiga ditulis oleh teman setia Paulus.
Selain itu ad keserupaan antara Injil ketiga dengan Kisah Para Rasul. Jika Lukas menulis Kisah maka tak pelak lagi dia jugalah yang menulis Injil ketiga. Pendapat umum ini dinyatakan oleh Knowling ketika memberi kata pengantar untuk Kisah dalam buku Expositor’s Greek Testament II p. 3: “Whoever wrote the Acts wrote also the Gospel which bears the name of Luke.” Memang benar ada lebih banyak warna Ibrani pada Injil ketiga daripada dalam Kisah, tetapi hal itu disebabkan karena ketika menyusun Injil Lukas bergantung kepada bahan-bahan tertulis Ibrani ketimbang ketika ia menulis Kisah.
Sejauh mana Paulus berperan pada penulisan Injil ketiga? Menurut Tertulianus: “Sari-sari ajaran Lukas mengikhtisarkan ajaran Paulus. Maka mudah sekali disimpulkan bahwa ajaran sang guru dipublikasikan oleh muridnya.” Menurut Eusebius: “Dalam Injilnya Lukas menyampaikan beberapa hal yang berasal dari Paulus karena hubungan mereka yang beitu akrab, dan hubungannya dengan rasul-rasul yang lain.” Hieronimus sepakat dengan gagasan ini. Tetapi Athanasius menyatakan bahwa Injil Lukas didiktekan oleh Paulus. Pendapat seperti ini mungkin untuk memberi bobot wewenng rasuli pada Injil ketiga. Namun kiranya peendapat seperti itu berlebihan. Hubungan Paulus dengan Injil ketiga justru lebh renggang jika dibndingkan dengan hubungan Petrus dengan Injil kedua (Markus). Lukas tidak begitu saja menuliskan apa yang diingatnya dari ajaran Paulus, karena ia sendiri “menyelidiki dengan seksama segala sesuatu dari awal mulanya” baik dari sumber lisan maupun tertulis. Di antara sumber lisan itu tentu saja khotbah-khotbah Paulus yang didengarnya. Bahwa rasul besar itu mempengaruhi Lukas sejak awal InjilNya sangat jelas. Ada 175 kata-kata ungkapan dalam Injil ketiga yang khas Paulus. Selain itu wawasan utama Paulus juga diketemukan dalam Injil ketiga, misalnya sifat universal Injil, pentingnya iman, dan penggunaan kata διακαιόω secara forensik, Luk 7:29; 10:29; 16:15; 18:14. Suatu kemiripan yang sangat menyolok terdapat dalam kisah penetapan Ekaristi, Luk 22:19-20. dan kenangan Paulus tentang hal itu dalam I Kor. 11: 23-25, namun mungkin saja ini berasal dari penggunaan sumber yang sama.
Kedudukan Lukas sebagai pengarang Injil ketiga diterima secara umum sampai pada abad kedelapan belas, ketika Rasionalisme menggugat kitab-kitab dalam Kitab Suci. Sekolah Tubingen, Jerman, terutama F.C. Baur menyatakan bahwa Injil Marcion, yang beredar di Roma dari tahun 140, adalah Injil yang asli. Pendapat Baur ini mendapat pengikut. Tetapi beberapa tahun kemudian, pendapat kritis berbalik sepenuhnya dan pada umumnya orang berpendapat bahwa Injil Marcion adalah hasil mutilasi Injil Lukas, sekalipun ada bagian-bagian yang sangat lain dan merupakan teks yang lebih tua. Maka orang kembali meyakini kepengarangan Lukas lagi, sekalipun masih ada beberapa sarjana Jerman yang meragukannya. Keberatan mereka lebih didasarkan pada kitab Kisah Para Rasul ketimbang pada Injil. Tetapi pendapat mereka berlaku pada Injil Lukas juga, karena bagaimanapun ada kesatuan antara Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.

Waktu Penulisan
Waktu penulisan Injil Lukas tidak jelas. Menurut Eusebius, Klemen dari Aleksandria menerima tradisi dari para imam yang lebih kuno, bahwa “Injil-injil yang memuat Silsilah ditulis lebih dulu”. Menurut Teofilak Lukas menulis lima belas tahun sesudah Kristus naik ke surga. Eutimius sependapat dengan Teofilak, tetapi Eutikhius menduga Lukas menulis pada zaman Kaisar Nero. Berdasarkan kesaksian-kesaksian itu dugaan lama memperkirakan Injil Lukas disusun antara tahun 54 hingga sebelum Roma menaklukkan Yerusalem pada tahun 70 M. Secara lebih spesifik, waktu penulisan itu diperkirakan hingga awal tahun 60-an, terutama karena di dalam narasi sejarahnya, Kisah Para Rasul selesai sekitar tahun 62 M, pada waktu penahanan Paulus di Roma berakhir (Kis 28:14.30). Di dalam teks Injil Lukas maupun Kisah Para Rasul tidak ada petunjuk mengenai masa sesudah tahun ini. Namun para ahli yang kritis condong dengan dugaan bahwa kitab ini diselesaikan pada tahun 80-an, setidaknya karena kebanyakan ahli menyatakan bahwa Lukas menggunakan Injil Markus di dalam menyusun kisahnya. Karena Injil Markus diduga disusun tak lama sebelum atau sesudah tahun 70, dan dengan memperhitungkan waktu yang diperlukan Injil Markus untuk diperbanyak dan diedarkan, barulah Lukas menuliskan Injilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar